Dilema Samsung: membuat smartphone sendiri atau outsourcing ke Tiongkok

Divisi IT & Mobile Communications (IT) dari Samsung Electronics yang membawahi bisnis smartphone tampaknya terpecah antara mengadopsi lebih banyak smartphone hasil outsourcing yang dibuat oleh perusahaan Original Development Manufacturing (ODM) untuk memangkas biaya di tengah persaingan yang semakin ketat dan berusaha mempertahankan status quo ditengah hujan kritik yang tidak menyetujui ketergantungan yang semakin besar di kemudian hari.

Tetapi dengan salah satu eksekutif kunci yang mendorong gagasan itu, pengamat industri mengatakan bahwa peluasan adopsi ODM oleh Samsung tidak bisa dihindari.

Untuk pesanan ODM, Samsung melakukan sedikit lebih banyak daripada hanya sekedar meminta spesifikasi dan menempatkan labelnya pada produk akhir seperti yang dilakukan vendor lain. Selebihnya, termasuk pasokan suku cadang dan perakitan terserah pabrikan yang ditugaskan.


Roh Tae-moon, Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Hardware R&D and Product strategy di divisi IM dan salah satu orang penting di balik pengembangan smartphone baru di Samsung, yang paling meyakini bahwa ODM adalah satu-satunya cara untuk bersaing dengan smartphone yang lebih murah di pasar Tiongkok dan India. Dia telah mendaftarkan proyek ODM kepada wakil presiden senior Kim Seong-eun dari tim pembelian di divisi IM.

Di Tiongkok, Samsung memiliki kurang dari 1% pangsa pasar, sementara di India, mereka kehilangan gelar nomor satu yang direbut Xiaomi asal Tiongkok. Baik Huawei dan Xiaomi sangat bergantung pada ODM, dengan hingga 30% volume produksi smartphone dari Huawei telah diambil alih oleh perusahaan ODM, dan untuk Xiaomi 70% dari smartphone yang mereka jual adalah buatan perusahaan ODM.

Untuk model tahun depan Samsung akan bergantung pada Wingtech, perusahaan ODM terbesar asal Tiongkok yang juga membuatkan smartphone untuk Xiaomi dan OPPO, untuk smartphone mereka yang ditujukan buat pasar menengah kebawah, dan perusahaan ODM lainnya Huaqin. Sejak tahun lalu, Samsung telah merilis empat smartphone ODM dengan Wingtech yang semuanya masuk dalam seri A, termasuk Galaxy A6s, A60, A10s dan A20s.


Antara laba dan kualitas

Samsung baru-baru ini mengumumkan akan memproduksi hingga 100 juta ponsel outsourcing tahun depan, yang merupakan sekitar sepertiga dari volume produksi smartphone tahunannya yang ditargetkan mencapai minimal 300 juta unit. Ini juga mencerminkan lompatan besar dari tahun ini, ketika ponsel ODM yang ada di Samsung hanya mengambil kurang dari 10% dari total keseluruhan.

Beberapa pejabat di dalam divisi IM, seperti wakil presiden Park Kyung-goon, menentang keras penggunaan ODM. Park percaya pemasok lokal harus diberi kesempatan. Para kritikus juga mengatakan bahwa memberikan Wingtech lebih banyak kesempatan dengan memberikan lebih banyak pesanan akan mengarah pada penciptaan pesaing baru lainnya dalam segmen smartphone.

"Mengandalkan Wingtech bahkan untuk konsep produk berarti memberi makan pesaing potensial," kata seorang pengamat industri yang tidak mau disebutkan namanya. "Ada yang mengatakan untuk mencegah hal ini terjadi, Samsung harus mengambil sebagian kepemilikan di Wingtech, tetapi ini pada akhirnya sama halnya dengan Wingtech yang memiliki afiliasi di Korea Selatan."

Beberapa pengamat pasar juga memperingatkan bahwa Samsung mungkin tidak dapat mengirimkan handset sebanyak itu walaupun seandainya sudah mengamankan 100 juta unit dari perusahaan ODM karena kemungkinan besar dari segi kualitas, sebagian ponsel buatan ODM tidak akan memenuhi syarat tinggi yang telah ditetapkan oleh Samsung.

Sementara pengkritisi lainnya masih tidak percaya dengan daya saing harga sebenarnya dari produk-produk ODM. "Produk-produk Wingtech sebenarnya tidak jauh lebih murah, yang berarti bahwa jika Samsung tidak dapat meningkatkan laba usahanya dengan lebih banyak menjual ponsel ODM, itu berarti mereka tidak akan dapat menyelamatkan muka," kata sumber industri lainnya, sambil menambahkan bahwa keberhasilan sebenarnya bergantung pada kualitas produk yang dijual.

Para pemasok Samsung sendiri telah menyiapkan diri untuk menghadapi strategi terbaru Samsung. Sebagian besar tentunya akan terpengaruh jika Samsung memutuskan untuk terus maju dan memproduksi hingga sepertiga dari volume ponsel yang dijualnya melalui ODM.


Samsung tidak akan menggunakan Exynos buat smartphone outsourcing mereka tahun depan

Kekhawatiran semakin meningkat setelah Samsung baru-baru ini memutuskan untuk tidak menggunakan prosesor Exynos yang dibuat oleh divisi System LSI dari Samsung Electronics dalam produk-produk ODM, yang berarti ada lebih sedikit ruang lagi bagi pemasok untuk mendapatkan pesanan suku cadang yang cukup dari Samsung. Sebaliknya, Qualcomm atau Mediatek kemungkinan yang akan dipilih sebagai pemasok untuk smartphone menengah kebawah yang berharga antara satu hingga tiga jutaan rupiah.

Sebelumnya, sumber-sumber industri masih memperkirakan bahwa raksasa teknologi Korea itu masih akan memproduksi bagian-bagian komponen penting seperti prosesor dan memori buat smartphone dari ODM. Merek Exynos selain digunakan di produk premium seperti seri Galaxy S dan Note juga lebih banyak digunakan di smartphone Galaxy yang lebih murah dengan model yang berbeda mulai dari seri A hingga seri M, tetapi sepertinya ada kebijakan baru yang berlaku sekarang.


Sebagai contoh Galaxy A10s yang menggunakan prosesor Mediatek Helio P22 MT6762, Galaxy A20s menggunakan Qualcomm Snapdragon 450, Galaxy A6s menggunakan Qualcomm SDM660 Snapdragon 660 dan Galaxy A60 menggunakan Qualcomm SDM675 Snapdragon 675.

Pemasok lokal yang selama ini menjadi mitra Samsung, bagaimanapun tidak akan terlalu senang dengan ketergantungan Samsung pada ponsel ODM, menurut pengamat pasar, karena mereka cenderung menderita pesanan yang lebih kecil. "Semua orang akan terpengaruh, termasuk yang telah memasok sebagian besar komponen kelas atas ke Samsung yang sekarang diperkirakan akan menderita pemotongan minimal 10% untuk pendapatan mereka," kata salah satu sumber yang dekat dengan pemasok.

Berdasarkan laporan terbaru yang dirilis oleh perusahaan riset pasar Counterpoint, pengiriman smartphone dari perusahaan ODM mencapai hampir 180 juta unit, tumbuh sebesar 7% dalam hitungan tahunan atau year-on-year (YoY) di H1 2019 (antara Januari - Juni).

“Kami memperkirakan bahwa pengiriman smartphone global akan terus menurun dan turun sekitar 2% YoY di H2 2019. Namun, pengiriman dari perusahaan ODM akan tumbuh sekitar 8% YoY. Ke depannya, kami mengharapkan bahwa mengembangkan smartphone 5G yang terjangkau, mendiversifikasi situs manufaktur global, dan berinvestasi dalam lini produk baru akan menjadi fokus utama perusahaan ODM untuk mencapai pertumbuhan dan profitabilitas," kata James Yan, Direktur Riset di Counterpoint.