Perjalanan KaiOS menuju sistem operasi mobile terbesar kedua dunia

Ingin punya smartphone tapi uang di saku cuma cukup buat beli feature phone? KaiOS hadir untuk membuat kategori baru untuk telepon seluler yang berada diantara smartphone dan feature phone, yaitu smart feature phone.


KaiOS adalah sistem operasi yang ringan buat feature phone. KaiOS menghadirkan toko aplikasi, konektivitas Wi-Fi dan 3G/4G, GPS, NFC dan fitur smartphone lainnya pada ponsel berharga terjangkau yang tidak memiliki layar sentuh untuk membuat layanan digital bisa diakses oleh semua orang. Di sisi konten, KaiOS tidak hanya bekerja sama dengan pengembang software global terkemuka sehingga bisa menghadirkan aplikasi populer seperti WhatsApp, Facebook, YouTube, Google Maps, tetapi juga dengan pengembang aplikasi lokal di setiap pasar yang telah dijangkau untuk menyediakan aplikasi yang relevan secara lokal.

Atas inovasinya yang berguna ini, KaiOS baru-baru ini dianugerahi penghargaan oleh majalah TIME sebagai salah satu dari 100 penemuan terbaik tahun ini yang membuat dunia menjadi lebih baik, lebih pintar, dan bahkan sedikit lebih menyenangkan. Kekuatan KaiOS dianggap oleh TIME mampu menjadi pendorong dalam membuat internet menjadi lebih terjangkau, sehingga bisa diakses oleh semua orang.

Dan membuat internet menjadi lebih terjangkau memiliki implikasi yang besar bagi konsumen, operator, dan produsen. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lebih dari empat miliar orang masih belum terhubung ke internet. Keterjangkauan perangkat adalah hambatan utama, dan KaiOS memecahkan masalah ini dengan menyediakan sistem operasi ringan yang hanya membutuhkan sedikit memori dan sumber daya sistem lainnya. Pendekatan ini menjaga harga perangkat tetap rendah, dimana ponsel yang menjalankan KaiOS bisa dijual seharga kurang dari 100 ribu rupiah dengan daya tahan baterai setidaknya sampai beberapa hari.

"Kami senang dan merasa terhormat dipilih oleh TIME," kata Sebastien Codeville, CEO KaiOS Technologies. “Misi kami menjembatani kesenjangan digital global tidak hanya mengarah pada penemuan KaiOS tetapi juga terus memandu inovasi kami yang berkelanjutan. Hari ini, kami telah memberi kemampuan buat lebih dari 110 juta perangkat di lebih dari 100 negara, dan terus berkembang ke pasar yang lebih berkembang dengan ekosistem konten yang berkembang untuk memicu revolusi digital. Kami senang bahwa KaiOS telah mengharumkan namanya sendiri di seluruh dunia, dan kami berharap bahwa smart feature phone yang menjalankan KaiOS akan membantu menyebarkan akses ke sumber daya digital yang berharga, terlepas dari lokasi atau kekayaan."

Pertumbuhan KaiOS memang sangat pesat, terutama di negara-negara berkembang dimana penduduknya masih banyak yang belum menggunakan smartphone. Di Afrika misalnya, KaiOS tumbuh lebih dari 600% selama kuartal ketiga 2019 dalam hitungan tahunan (YoY). Hal ini mengantarkan vendor smartphone baru Tecno yang menggunakan KaiOS untuk menumbangkan Huawei di pasar Timur Tengah dan Afrika (MEA) dan menjadi peringkat kedua dibawah Samsung.

Namun itu bukan berarti hanya masyarakat menengah ke bawah yang tertarik dengan ponsel KaiOS dengan mempertimbangkan faktor ekonomi. Di pasar negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan Kanada, penjualan feature phone kembali meningkat 58% secara YoY berkat penjualan yang kuat dari Alcatel Go Flip dan Doro 7050 yang menjalankan KaiOS.


Bagaimana dengan Indonesia?

Pada 4 Desember 2018, perusahaan perangkat mobile lokal PT. Wiz Indonesia Nirwana - yang didirikan pada tahun 2015 dan mengusung merek WizPhone dan WizBand lewat kerjasama dengan Alfamart - meluncurkan ponsel KaiOS pertama di Indonesia, WizPhone WP006. Ini adalah ponsel 4G termurah dengan harga cuma 99 ribu, dan bisa didapatkan di jaringan toko ritel Alfamart maupun di situs resmi Wizphone.


Uniknya, salah satu pejabat dari Google yang berdiri diatas panggung saat peluncuran di Jakarta lewat sesi Google for Indonesia. Scott Huffman, Wakil Presiden Engineering untuk Assistant in Search di Google memperkenalkan WizPhone WP006 yang dilengkapi Google Assistant dalam Bahasa Indonesia untuk menjembatani kesenjangan digital dengan memungkinkan pengguna untuk dengan mudah mengakses internet dan aplikasi melalui suara. Google juga berperan penting dalam peluncuran ini dengan memastikan layanan digital mereka beroperasi di WizPhone melalui KaiStore, sehingga konsumen memiliki akses ke serangkaian aplikasi Google, termasuk Google Assistant, YouTube, Google Maps, dan Google Search.

Kembali ke enam bulan sebelumnya - 28 Juni 2018, Google mengumumkan bahwa mereka telah berinvestasi sebesar $22 juta di KaiOS Technologies. Selain investasi, Google dan KaiOS juga telah sepakat untuk bekerja sama dalam menjadikan Google Assistant, Google Maps, YouTube, dan Google Search tersedia untuk pengguna KaiOS. Aplikasi ini telah dikembangkan secara khusus untuk platform KaiOS, yang seluruhnya berbasis web, menggunakan standar terbuka seperti HTML5, JavaScript, dan CSS.

“Kami ingin memastikan bahwa aplikasi dan layanan Google tersedia untuk semua orang, apakah mereka menggunakan desktop, smartphone, atau feature phone,” kata Anjali Joshi, Wakil Presiden Manajemen Produk di Google. “Mengikuti kesuksesan JioPhones, kami sangat senang bekerja dengan KaiOS untuk lebih meningkatkan akses ke informasi bagi pengguna feature phones di seluruh dunia.”

Dalam pertempuran antara feature phone dan smartphone low-end di pasar ponsel entry-level, feature phone hingga saat ini masih tidak tergantikan. Ketika Google meluncurkan Android Go, mereka membuat janji-janji akan bisa menggeser lanskap pasar saat ini dan membuat orang yang masih menggunakan feature phone untuk beralih menggunakan smartphone entry-level yang menggunakan OS Android Go. Namun, janji tersebut tidak pernah terpenuhi karena KaiOS dapat berjalan pada hardware yang bahkan jauh lebih murah daripada smartphone dengan Android Go, dengan fitur dan fungsi yang kurang lebih sama.

Ketika Google menyadari bahwa Android Go tidak akan dapat melayani segmen yang luas, Google memutuskan untuk beralih ke KaiOS. Karena feature phone digunakan oleh audiens yang lebih besar daripada Android Go, ini memberi Google peluang besar untuk membuat lebih banyak orang untuk terbiasa dengan layanan mereka dan akhirnya bisa membuat perubahan. Pada akhirnya ini adalah keputusan strategis dari Google untuk meningkatkan jangkauan mereka ke lebih banyak orang.


Penerus Firefox OS

Hampir sama dengan sebagian besar OS mobile yang ada di pasaran seperti Android, Tizen, webOS dan Sailfish OS (Aurora OS di Rusia), KaiOS juga berbasis pada kernel Linux. KaiOS Technologies, perusahaan pengembang KaiOS yang berbasis di San Diego (AS), mengambil salinan source code dari B2G OS (Boot to Gecko OS), dan memulai pengembangan di atasnya untuk menciptakan KaiOS. B2G OS sendiri dikembangkan oleh komunitas Firefox OS sebagai sistem operasi open source, setelah Firefox OS dihentikan pengembangannya oleh Mozilla pada 2016.

KaiOS diluncurkan pada tahun 2017 dan memiliki toko aplikasi khusus bernama KaiStore yang memungkinkan pengguna untuk mengunduh aplikasi berbasis web (HTML5). OS ini sangat ringan sehingga bisa berjalan pada feature phone dengan RAM 256MB.


Saat ini, KaiOS adalah sistem operasi mobile terbesar ketiga di dunia. Namun di beberapa wilayah seperti Afrika da India, KaiOS berhasil KaiOS mengalahkan iOS dari Apple untuk menempati posisi kedua setelah Android. Pertumbuhan KaiOS di India sebagian besar disebabkan oleh popularitas Jio Phone yang dirilis oleh operator telekomunikasi India Reliance Jio. Pada tahun 2018, Reliance Jio juga menginvestasikan $7 juta dalam bentuk tunai untuk mengambil 16% kepemilikan saham di KaiOS Technologies.