Samsung siap pasarkan 100 juta smartphone murah buatan Tiongkok

Divisi bisnis IT & Mobile Communications (IM) dari Samsung Electronics berencana untuk menggelar hingga 100 juta smartphone murah yang diproduksi lewat Original Development Manufacturing (ODM) tahun depan. Model-model itu sebagian besar harganya akan berada pada kisaran di bawah 3 juta rupiah, seperti seri Galaxy A dan Galaxy M baru.

Mempertimbangkan bahwa Samsung saat ini mengirim sekitar 300 juta smartphone per tahun, ponsel ODM bisa mencapai 30% dari volume tahunan raksasa teknologi itu.


Untuk pesanan ODM, Samsung akan melakukan sedikit lebih banyak daripada hanya sekedar meminta spesifikasi yang diinginkan dan menempelkan labelnya pada produk akhir. Selebihnya, termasuk untuk pasokan suku cadang dan perakitan terserah pabrikan ODM yang ditugaskan. Samsung telah menugaskan proyek utama untuk salah satu model tahun depan ke produsen ODM asal Tiongkok.

"Tampaknya Samsung akan mendelegasikan sebagian besar proyek besar ke Wingtech dan Huaqin sebagai mitra utama, sementara menugaskan yang lain, seperti Longcheer, untuk cadangan," kata satu sumber yang dekat dengan masalah ini. Salah satu syarat untuk perubahan adalah agar model ODM di pasar bisa menjual di atas target volume yang telah ditentukan, ia menambahkan. Ini karena divisi bisnis IM masih terbelah soal penerapan strategi ODM ini. Mereka yang mendukung langkah itu, karena berpikir strategi itu adalah satu-satunya cara untuk mencapai daya saing harga dengan produsen smartphone Tiongkok seperti Xiaomi, Honor (Huawei), OPPO, Vivo dan realme.

Menurut perusahaan riset pasar Strategy Analytics, dari total 1,42 miliar total handset yang diproduksi tahun lalu secara global, hingga 430 juta - atau 30% nya - adalah ponsel ODM. Wingtech saat ini merupakan perusahaan ODM smartphone nomor 1 di Tiongkok yang telah memproduksi lebih dari 90 juta ponsel. Pelanggannya termasuk Huawei, OPPO, Xiaomi, Lenovo dan Meizu. Pesaing utama Wingtech antara lain Huaqin dan Longcheer, yang semuanya berbasis di Tiongkok.

Tahun lalu, pasar smartphone di Tiongkok adalah yang terbesar dengan menjual 459 juta handset.

Samsung sebelumnya telah meraih 19% pangsa di pasar Tiongkok pada kuartal keempat 2012, tetapi pada kuartal kedua tahun ini, ia hanya berkutat pada kisaran 1%. Merek-merek dalam negeri Tiongkok seperti Huawei, OPPO, Vivo dan Xiaomi, di sisi lain, memegang 86% pangsa pasar secara gabungan.

CEO divisi IM, Koh Dong-jin (DJ Koh) baru-baru ini mengatakan kepada wartawan bahwa hampir mustahil bagi Samsung untuk mendapatkan keuntungan dari handset yang harganya di bawah 2 juta rupiah dengan membuatnya sendiri. “Sangat penting bagi kami untuk menuju ODM pada tingkatan tertentu, selama kriteria kami dipenuhi,” katanya.

Ponsel ODM yang dibuat di Tiongkok juga akan dikirim ke pasar negara berkembang seperti India dan Indonesia, di mana handset buatan Tiongkok sudah maju pesat berkat harganya yang lebih murah.

Tahun lalu, Samsung dikalahkan oleh Xiaomi untuk pertama kalinya di India, yang mengambil posisi pertama di pasar smartphone. Namun Samsung saat ini berhasil mempersempit jarak dengan Xiaomi di India, dan terus mengejar untuk mendapatkan kembali posisi pertama di pasar.

Berdasarkan data dari Strategy Analytics, Xiaomi masih tetap nomor 1 dengan pangsa 28,7 persen di pasar smartphone India dengan mengirimkan 10,2 juta unit dari April hingga Juni tahun ini. Samsung yang mengirimkan 9,4 juta unit smartphone berada di urutan kedua dengan mengambil 26,3 persen pangsa pasar. Tetapi kesenjangan antara Samsung dengan Xiaomi menyempit menjadi 2 dari 7 poin persentase pada kuartal pertama dan 5 poin persentase pada kuartal yang sama tahun lalu.


Strategy Analytics mengatakan bahwa Samsung bisa dengan cepat menambah pangsa pasarnya di India berkat penyesuaian portofolio produknya, memperkuat lineup low-end dan mid-range Galaxy A dan Galaxy M dan meluncurkan tiga model seri Galaxy M - M10, M20, dan M30 - untuk pertama kalinya di India. Pada saat yang sama, Samsung juga memperkuat pemasaran online dengan menjual seri M hanya melalui saluran online. Tidak lupa, Samsung juga menyematkan layar Super AMOLED tanpa bezel dan tiga kamera ke perangkat yang berharga terjangkau untuk membedakan dengan smartphone asal Tiongkok.

Pada akhir laporannya, Strategy Analytics memperkirakan bahwa Samsung akan bisa mencuri kembali posisi teratas di India pada akhir tahun ini jika pertumbuhan ini terus berlanjut.

Pendorong proyek ODM di Samsung adalah Roh Tae-moon, kepala R&D di divisi IM yang lebih memilih outsourcing. Mempertimbangkan statusnya sebagai calon CEO, pengamat pasar mengatakan Samsung tidak akan meninggalkan ODM dalam waktu dekat.

Dan sebagai bukti bahwa Samsung tidak hanya akan menjual ponsel ODM di Tiongkok, tetapi juga di India dan Indonesia, adalah diperluasnya lini produksi milik Wingtech ke India dan Indonesia. Menurut perusahaan ODM yang berbasis di Shanghai ini, pabrik baru mereka di India akan memiliki kapasitas produksi bulanan hingga 3 juta handset, dan pabrik di Indonesia akan menghasilkan 500.000 unit setiap bulan.

Untuk pemasok komponen smartphone, berita merapatnya Samsung ke ODM ini menjadi penting karena mereka tidak lagi sepenuhnya menikmati pelayanan kemitraan dengan Samsung yang memuaskan. Kedepannya mereka juga harus menyesuaikan dengan alur kerja dari perusahaan - perusahaan ODM asal Tiongkok. "Sering kali, bahkan jika kesepakatan telah tercapai, kondisi pembayaran biasanya sangat buruk," kata salah satu sumber di komunitas pemasok. "Sementara Samsung biasanya membayar sekali atau dua kali sebulan, perusahaan seperti Wingtech dan Huaqin biasanya baru membayar setelah enam bulan."

Beberapa kritik yang dialamatkan ke Samsung juga merasa khawatir tentang dampak pada kapasitas produksi Samsung, kekhawatiran yang bisa dibenarkan mengingat bahwa banyak pendahulunya, seperti Nokia, Ericsson dan Motorola semuanya gagal setelah mengandalkan ODM untuk merebut kembali pangsa pasar mereka yang hilang dari saingan baru mereka.