Produksi smartphone dunia sedang bergerak keluar dari Tiongkok

Tiongkok kehilangan pijakannya sebagai pabrik smartphone dunia. Hal ini disorot oleh dinamika yang terjadi baru-baru ini dalam rantai pasokan dan ekosistem produksi, yang telah terus bergeser ke luar Tiongkok karena meningkatnya biaya, ketegangan perdagangan antara pemerintah Tiongkok dengan Amerika Serikat (AS), dan adanya penentuan prioritas ulang dari pasar konsumen lain telah membuat Tiongkok menjadi kurang menarik sebagai basis produksi. Situasi ini telah menekan vendor-vendor smartphone untuk mempertimbangkan tempat lain, dengan opsi India dan Vietnam yang telah mengemuka di permukaan.

India secara khusus telah mulai memperoleh pijakannya, dengan kebijakan 'Make in India' yang menarik banyak vendor untuk berekspansi di sana. Dan dengan negara ini yang sekarang menjadi pasar smartphone terbesar kedua di dunia, produsen akan lebih mudah terombang-ambing untuk memindahkan produksi ke sub-benua.


Produksi smartphone Tiongkok menurun dibawah 70% selama 2019


Contoh yang tepat dari perubahan ini adalah Samsung Electronics. Perusahaan asal Korea ini telah merelokasi semua produksi smartphone mereka di Tiongkok pada akhir 2019 ketika menutup lokasi pabrik terakhir mereka di Huizhou - yang pada 2017 bisa memproduksi 63 juta handset tiap tahunnya. Meningkatnya biaya tenaga kerja dan menyusutnya pangsa pasar domestik adalah alasan utama penutupan. Gaji bulanan rata-rata di pabrik meningkat tiga kali lipat, dari US$274 menjadi US$832 masing-masing pada tahun 2008 dan 2018, sementara pangsa pasar domestik Samsung turun di bawah 1% pada 2019 setelah memuncak dengan pangsa pasar 19,7% pada tahun 2013. Samsung berencana untuk mengganti lini produksi mereka di Tiongkok dengan memperluas fasilitas yang ada di Vietnam dan India. Meskipun beberapa produksi masih tetap dilakukan di Tiongkok, namun mereka hanya akan melakukannya melalui perusahaan lain, atau ODM asal Tiongkok, seperti yang dilakukan oleh Xiaomi.

Samsung saat ini memiliki dua pabrik pembuatan smartphone terbesar di dunia, yang masing-masing beroperasi di Bac Ninh di Vietnam dan di Noida di India. Pabrik Samsung di India dan Vietnam tersebut memiliki kapasitas untuk merakit 120 juta smartphone per tahun, yang bisa membuat segalanya mulai dari handset kelas bawah yang harganya kurang dari sejutaan rupiah hingga model andalan seperti seri Galaxy S dan Note.

Selain itu, Samsung juga memiliki pabrik perakitan smartphone di Indonesia, tepatnya di Cikarang. Walaupun tidak sebesar pabrik yang ada di Vietnam dan India, namun fasilitas di Cikarang selain mampu untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri juga sebagian diekspor ke Afrika dan negara berkembang lainnya.

Apple, yang tidak memiliki fasilitas produksi sendiri tetapi mengalihdayakan produksi mereka melalui perusahaan EMS seperti Foxconn dan Pegatron, juga melakukan diversifikasi di luar Tiongkok. Dimulai dengan iPhone SE pada tahun 2017, iPhone 6S pada 2018, dan iPhone X tahun lalu, Apple memindahkan beberapa produksi smartphone mereka ke India untuk memanfaatkan diskon tarif di bawah kebijakan 'Make in India', dan untuk lebih menargetkan pasar India yang kurang penetrasi. Mereka sekarang berencana untuk memindahkan hingga 30% dari keseluruhan produksi mereka saat ini di luar Tiongkok dalam menanggapi konflik perdagangan yang berkepanjangan antara Tiongkok dan AS; dimana India, Vietnam dan negara-negara Asia Tenggara lainnya telah dinominasikan sebagai alternatif yang memungkinkan.

Tidak hanya merek internasional seperti Samsung dan Apple, merek OPPO dari BBK Group asal Tiongkok, juga terus memperluas lini produksi mereka di India, dengan pertumbuhan dari 15 juta unit pada 2018 menjadi 50 juta pada 2019. OPPO berencana untuk lebih meningkatkan jumlah produksi menjadi 100 juta unit pada tahun 2020, setelah merasa tertarik juga oleh manfaat diskon tarif 'Make in India' dari pemerintah India. Ini berarti lebih dari setengah perangkat OPPO adalah 'Buatan India', sehingga menjadikan India sebagai lokasi yang strategis untuk ekspansi ke Asia Tenggara dan Afrika.

Mencari jalan untuk melanjutkan pertumbuhannya di India, Vivo juga meningkatkan produksi mereka di India, di mana semua smartphone mereka saat ini sedang dibuat. Merek asal Tiongkok dibawah naungan BBK Group tersebut mengumumkan Agustus lalu bahwa mereka berencana untuk menggandakan volume produksi menjadi 50 juta unit pada tahun 2020, yang berarti lebih dari setengah produksi Vivo tahun ini akan datang dari India.

Xiaomi, yang telah mempertahankan posisi teratas sejak 2018 dalam pengiriman smartphone di India, mengumumkan tahun lalu pembangunan pabrik India mereka yang ketujuh, yang akan meningkatkan jumlah produksi saat ini sebesar 50%. Fasilitas di India milik Xiaomi telah menghasilkan 40 juta unit tahun lalu, dimana 95% di antaranya dibuat di India; untuk tahun 2020, angkanya diperkirakan mencapai 60 juta dan prosentase mencapai 99%.


Comments