Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh para produsen smartphone China yang berkembang pesat seperti Xiaomi dan Huawei, Samsung Electronics akan merestrukturisasi basis produksi smartphone global mereka. Samsung berencana meningkatkan produksi smartphone mereka dari pabrik mereka yang ada di Vietnam sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan daya saing harga dan juga akan membuka pabrik baru di Indonesia.
Strategi ini adalah untuk melindungi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan Cina di pasar ponsel menengah dan murah dengan meningkatkan produksi smartphone dari pabrik di Vietnam yang memiliki biaya produksi yang relatif rendah. Sementara pabrik baru yang ada di Indonesia kemungkinan hanya akan menargetkan konsumen lokal.
"Samsung sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah Indonesia untuk membangun jalur perakitan handset disana," kata juru bicara Samsung Benjamin Lee dalam sebuah pernyataan hari ini.
Karena pertumbuhan smartphone telah bergeser ke arah model murah, Samsung baru-baru ini telah menunjukkan niatnya untuk lebih memperhatikan pasar negara berkembang dengan memperluas jajaran produk ponsel di bawah harga $100 per-unit. Samsung disarankan oleh para ahli untuk lebih agresif pada harga dan spesifikasi smartphone low-end untuk bisa bersaing dengan vendor China.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi telah membuat tenaga kerja di China mulai mahal. "China kehilangan daya saing sangat cepat hari ini," kata BD Park, Presiden dan CEO Samsung Electronics untuk Asia Barat. "Biaya tenaga kerja meningkat dan karena mereka menjadi lebih kaya, mata uang mereka akan meningkat dibanding dolar AS, yang berarti bahwa mereka akan kehilangan daya saing untuk ekspor."
Selain itu, pertumbuhan ekonomi telah membuat tenaga kerja di China mulai mahal. "China kehilangan daya saing sangat cepat hari ini," kata BD Park, Presiden dan CEO Samsung Electronics untuk Asia Barat. "Biaya tenaga kerja meningkat dan karena mereka menjadi lebih kaya, mata uang mereka akan meningkat dibanding dolar AS, yang berarti bahwa mereka akan kehilangan daya saing untuk ekspor."
Total investasi yang akan dikucurkan oleh Samsung untuk proyek mereka di Indonesia tidak akan "terlalu tinggi" karena mereka hanya akan membangun pabrik yang akan didesain sebagai pabrik perakitan, bukan fasilitas manufaktur. Samsung sebelumnya membatalkan rencana untuk membangun pabrik di Indonesia, seetelah mereka gagal untuk menemukan kesamaan dengan pemerintah Indonesia yang antara lain tentang insentif pajak.
"Tapi kali ini, pemerintah Indonesia telah berjanji untuk menawarkan insentif pajak yang lebih untuk membuat Samsung berinvestasi di sana. Samsung akan mempekerjakan lebih banyak orang Indonesia untuk mengoperasikan pabrik ini, yang akan membantu dalam meningkatkan ekonomi lokal," kata seorang pejabat industri.
Samsung Electronics telah membuat proposal untuk membangun pabrik ponsel kepada pemerintah Indonesia, dengan maksud untuk memulai pembangunan sebelum akhir tahun ini. Samsung sedang mempertimbangkan membangun pabrik di Cikarang, di mana juga terdapat pabrik elektronik konsumen milik mereka. Pabrik ini akan digunakan untuk merakit komponen dari Vietnam, untuk membuat ponsel murah untuk pasar lokal.
Samsung Electronics selama ini mengoperasikan pabrik besar di Korea, China dan Vietnam, untuk tujuan ekspor ke pasar global. Di China, Samsung Electronics memiliki tiga pabrik ponsel di Tianjin, Shenzhen dan Huizhou, dan berencana untuk mengurangi volume produksi ponsel di pabrik Tianjin.
Pabrik di Tianjin telah menyumbang sekitar 20 persen produksi ponsel per-tahun, atau sekitar 500 juta unit. Produksi smartphone Tianjin kemungkinan akan dikurangi menjadi setengah dari volume saat ini secara bertahap. Sebaliknya, Samsung Electronics adalah meningkatkan produksinya di Vietnam.
Vietnam dikabarkan telah menawarkan tax holiday selama 30 tahun, lebih lama dibandingkan dengan periode 10 tahun yang ditawarkan oleh Indonesia. Samsung mengoperasikan dua pabrik ponsel di Vietnam - satu di provinsi Bac Ninh senilai $2,5 milyar, dan satu lagi di Thai Nguyen senilai $1,2 miliar.