Samsung yakin kalahkan teknologi 5G Huawei di 28GHz

Divisi bisnis jaringan Samsung, yang membuat peralatan komunikasi, diperkirakan akan membukukan rekor pendapatan tahun ini berkat layanan mobilitas 5G generasi berikutnya. Di pasar dalam negeri, Samsung Electronics mulai memasok peralatan 5G ke SK Telecom, KT dan LG Uplus tahun lalu. Sukses di Korea, Samsung merambah pasar peralatan jaringan komunikasi di Amerika Utara, Jepang, India dan Eropa.

"Dari seluruh bisnis Samsung Electronics, tingkat pertumbuhan penjualan divisi jaringannya adalah yang paling terlihat dibandingkan dengan penjualan tahun lalu," kata Park Kang-ho yang merupakan peneliti dari Daishin Securities. "Karena jumlah permintaan untuk peralatan telekomunikasi 5G akan terus tumbuh secara global untuk beberapa waktu, masa depan sangat cerah untuk divisi bisnis jaringan."

Samsung Electronics menetapkan tujuan awal tahun ini untuk menguasai 20 persen pasar peralatan jaringan global pada tahun 2025. Perusahaan teknologi Korea Selatan ini mengharapkan untuk membuat lompatan besar menuju target ini dengan menetapkan rekor penjualan baru tahun ini.

Samsung sendiri telah meningkatkan pangsa pasar globalnya di sektor ini menjadi 11 persen pada kuartal ketiga tahun ini, sebuah lompatan besar dari hanya 5 persen pada akhir 2018. Menurut perusahaan riset pasar IHS Markit, pangsa pasar Samsung jauh lebih tinggi untuk peralatan jaringan 5G, menduduki peringkat kedua secara global dengan 23 persen setelah Huawei dengan 30 persen.

Segalanya diperkirakan akan terus membaik tahun depan karena semakin banyak negara yang akan memperkenalkan jaringan 5G. Tetapi buat Samsung untuk bisa mencapai tujuannya mencapai pangsa pasar 20 persen secara keseluruhan, mau tidak mau mereka harus bersaing dengan Huawei, yang dengan cepat memperluas pijakannya di Tiongkok, Asia Tenggara dan Eropa.

Pengamat telekomunikasi dan sekuritas di Korea memperkirakan bahwa pendapatan dari divisi bisnis jaringan yang dikelola oleh Samsung Electronics tahun ini akan mencapai 6,25 triliun won (sekitar 74,7 triliun rupiah). Ini adalah peningkatan 50 persen dalam hitungan tahunan (YoY) dibandingkan tahun lalu sebesar 4,1 triliun won - sebuah pencapaian rekor tingkat pertumbuhan tertinggi untuk divisi bisnis jaringan sejauh ini.

Berdasarkan data terbaru dari IHS Markit, Samsung menempati peringkat kelima tahun lalu di pasar peralatan jaringan komunikasi global dengan lima persen, di belakang ZTE (12 persen). Tetapi pada akhir kuartal ketiga tahun ini telah naik ke tempat keempat dengan 11 persen setelah Huawei (34 persen), Ericsson (24 persen) dan Nokia (19 persen). Di pasar 5G, peringkat yang dicapai Samsung jauh lebih tinggi. Huawei memimpin pasar 5G dengan 30 persen di kuartal ketiga, diikuti oleh Samsung dengan 23 persen, Ericsson dengan 20 persen dan Nokia dengan 14 persen.


Sebagai pemain baru di pasar peralatan jaringan 4G sebelumnya, Samsung gagal mencapai hasil yang signifikan. Dengan melihat kesalahan tersebut dalam hal strateginya, Samsung kemudian bersiap dengan lebih baik untuk pertarungan di pasar 5G dan secara agresif mengejar pesanan secara global. Dan hasilnya mulai terlihat. Di akhir kuartal ketiga tahun ini, pangsa pasar global peralatan jaringan 5G Samsung naik menjadi 23 persen atau berada di tempat kedua dibawah Huawei, setelah menyalip Ericsson dan Nokia.

Tumbuhnya gerakan internasional yang dipelopori oleh Amerika Serikat (AS) untuk memblokir Huawei sedikit banyak telah membuka jalan Samsung untuk memperkuat bisnis barunya ini. Di AS, perusahaan telekomunikasi besar seperti Verizon, AT&T dan Sprint telah memilih Samsung sebagai penyedia peralatan jaringan mereka, karena Presiden Donald Trump menyebut Huawei sebagai ancaman keamanan. Jaringan 5G sudah diaktifkan di beberapa kota di Amerika Serikat, tetapi jangkauannya akan meningkat secara signifikan tahun depan.

Samsung juga memimpin pasar peralatan 5G di Jepang, yang bergegas untuk meningkatkan infrastruktur 5G menjelang Olimpiade Tokyo 2020. Samsung telah dipilih sebagai penyedia peralatan 5G untuk perusahaan telekomunikasi Jepang KDDI dan sedang dalam pembicaraan dengan perusahaan lain. Operator utama Jepang - NTT Docomo, KDDI, SoftBank dan Rakuten Mobile - diperkirakan akan membelanjakan 203 triliun rupiah selama lima tahun ke depan untuk pembangunan infrastruktur 5G. Biaya yang diantisipasi untuk mengubah jaringan 4G LTE yang ada menjadi jaringan 5G mencapai 382 triliun rupiah.

Samsung juga berusaha untuk memperkuat strategi mereka untuk bisa mendapatkan kepemimpinan di pasar 5G. Tahun lalu, Samsung mengganti kepala divisi bisnis jaringan dan melakukan reshuffle organisasi. Wakil Presiden Jeon Kyung-hoon, seorang ahli dalam peralatan jaringan yang telah diakui atas prestasinya dalam memimpin pengembangan antena jaringan 5G Samsung dan chip komunikasi seluler, diangkat untuk mengambil alih pimpinan.

Jumlah eksekutif divisi bisnis jaringan juga meningkat 30% hanya dalam satu tahun. Mempertimbangkan bagaimana jumlah eksekutif dari divisi lain di Samsung Electronics yang masih tetap sama atau telah dikurangi, peningkatan jumlah eksekutif di divisi bisnis jaringan adalah pemandangan yang langka. Diperkirakan bahwa jumlah karyawan juga meningkat pesat karena peningkatan jumlah eksekutif.

Untuk kunjungan lapangan pertamanya tahun ini, Vice Chairman Samsung Group Lee Jae-yong telah memilih fasilitas Suwon yang memproduksi peralatan jaringan 5G yang menandakan perhatian yang sangat serius untuk bisnis jaringan.

Tahun depan, Samsung akan meluncurkan bisnis peralatan jaringannya di Eropa. Saingan terbesarnya adalah Huawei. Tahun ini, Samsung bisa mendapatkan keuntungan dari pengaruh Tiongkok yang dibungkam perang dagang, tetapi mulai tahun depan, Samsung mungkin harus berjuang dengan pijakan yang sama.

Peluang yang ditunggu Samsung adalah perluasan permintaan untuk peralatan jaringan mandiri yang mendukung frekuensi tinggi 28 gigahertz (GHz) pada tahun 2020. Tahun ini, perusahaan telekomunikasi di seluruh dunia, termasuk Korea, menggunakan peralatan non-mandiri untuk frekuensi di bawah 6 GHz. Non-standalone secara harfiah berarti jaringan tidak dapat berdiri sendiri dan harus bergantung pada sesuatu yang lain untuk bekerja, yang bagi perusahaan Korea sebagian besar merupakan jaringan 4G LTE yang ada. Pengenalan peralatan mandiri pada dasarnya akan menjadi awal dari jaringan 5G yang independen.

"Samsung Electronics memimpin inovasi telekomunikasi generasi berikutnya dan jaringan seluler 5G melalui pengembangan teknologi inovatif dan proaktif," kata seorang perwakilan untuk Samsung Electronics. “Kami akan mengamankan solusi untuk membangun berbagai jaringan komunikasi yang dapat mengimplementasikan visi kami untuk era 5G.”

"Huawei bisa cepat dalam mengembangkan peralatan jaringan untuk kurang dari 6GHz, tetapi dalam hal peralatan di 28 gigahertz, kami lebih maju dalam hal teknologi dan lebih cepat dalam komersialisasi," kata sumber lain dari Samsung Electronics. “Jika pasar untuk 28GHz sudah terbuka lebar, kita akan dapat sepenuhnya melampaui teknologi Huawei.”


28 GHz sangat dibutuhkan untuk fleksibilitas 5G

Pengenalan 5G memelopori tingkat baru kinerja seluler dengan kecepatan sangat tinggi dan latensi yang rendah. Apa yang memungkinkan ini adalah spektrum gelombang milimeter. Dalam rentang ini, 28GHz dan 26GHz telah muncul sebagai dua band paling penting.

Seperti generasi sebelumnya, 5G bergantung pada spektrum di banyak band yang berbeda. Tiga rentang 5G adalah: Sub-1 GHz, 1-6 GHz dan di atas 6 GHz. Pita 28GHz, bersama dengan 26GHz, termasuk dalam kelompok yang terakhir. Apa yang menjadikannya sumber daya yang sangat berharga untuk jaringan seluler adalah jumlah spektrum yang tersedia. Uji coba menggunakan ratusan megahertz untuk menunjukkan kecepatan multi-gigabit. Jaringan LTE saat ini dalam banyak kasus harus puas dengan puluhan megahertz.

Jumlah negara dan wilayah di mana spektrum dilisensikan dan operator meluncurkan layanan komersial atau melakukan uji coba menyoroti momentum yang berkembang di balik milimeter wave (mmWave).


26GHz diidentifikasi untuk International Mobile Telecommunications (IMT) di World Radiocommunication Conference 2019 (WRC-19). Keputusan penting itu berarti pemerintah di seluruh dunia sekarang memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan buat digunakan untuk jaringan 5G. Dengan melakukan itu, mereka akan membantu memberikan manfaat sosial-ekonomi yang tahan lama.

Pada saat yang sama, pasar global mendorong perlunya frekuensi tambahan untuk memenuhi permintaan 5G, seperti pita 28GHz. GSM Association (GSMA) mengakui dan mendukung tindakan oleh pemerintah dan operator di banyak negara untuk menguji dan mengalokasikan pita 28GHz untuk 5G di bawah alokasi seluler yang ada dalam Regulasi Radio dari International Telecommunication Union (ITU).

Pada akhirnya, tergantung pada negara-negara tersebut untuk memutuskan bagaimana mereka ingin maju. Bagian yang penting adalah bahwa operator mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan potensi sebenarnya dari 5G.