Samsung kuasai pemasok kaca ultra tipis untuk mendominasi pasar smartphone lipat


Samsung Display kembali mengucurkan investasi tambahan sebesar 13,5 miliar won (162 miliar rupiah) pada pembuat substrat kaca Dowoo Insys untuk menjadi pemegang saham terbesar sebagai bagian dari upaya untuk mengamankan pasokan bahan-bahan utama yang stabil untuk generasi kedua dari Galaxy Fold.

Menurut sumber dari Korea pada hari Senin (23/12) kemarin, Samsung Display baru-baru ini telah mengakuisisi 600.000 saham lagi atau 9,7 persen saham di Dowoo Insys seharga 13,5 miliar won melalui pendanaan oleh Samsung Venture Investment Corp (SVIC). Perusahaan investasi itu membayar masing-masing 22.500 won untuk membeli saham tambahan di Dowoo Insys melalui pasar saham.

Setelah pembelian, Samsung Display menjadi pemegang saham terbesar di Dowoo Insys dengan total penguasaan 27,7 persen saham. Samsung Display sebelum investasi terbaru memegang 18 persen saham terbesar kedua setelah Chairman Dowoo Insys Koo Bon-ki dengan 19 persen saham.

Dowoo Insys adalah pembuat substrat kaca yang berbasis di Korea Selatan dan diperkirakan akan memasok substrat kaca ultra-tipis atau Ultra Thin Glass (UTG) untuk ponsel lipat Samsung Galaxy Fold generasi kedua yang akan datang yang akan dirilis tahun depan. Samsung Electronics sebelumnya telah menggunakan film Colorless Polyimide (CPI) transparan untuk Galaxy Fold-nya dari Sumitomo Chemical Jepang, tetapi berencana untuk mengubah bahan layar lipat untuk model berikutnya menjadi yang berbasis kaca yang lebih tahan goresan yang akan dipasok oleh Dowoo Insys.

Dengan pembelian saham terbaru di pembuat bahan display lokal ini, pengamat pasar berharap Samsung Display akan dapat mengurangi ketergantungannya pada pemasok Jepang dan mengamankan pasokan bahan display yang stabil. Samsung Display sejauh ini telah menginvestasikan 48,5 miliar won buat pemasok sejak Mei 2018.

Anak perusahaan pembuat layar di bawah Samsung Group ini terus meningkatkan investasinya di Dowoo Insys - 4 miliar won pada Mei tahun lalu dan 8 miliar won pada Februari tahun ini.

Dowoo Insys baru-baru ini telah memutuskan untuk menerbitkan obligasi konversi senilai 23 miliar won, yang diharapkan akan sepenuhnya diakuisisi oleh Samsung Display pada akhir bulan ini. Para pemegang saham sekarang juga dikatakan bertujuan untuk membeli kepemilikan saham yang tersisa milik Chairman Koo.

"Ada beberapa langkah untuk secara bertahap meningkatkan kepemilikan di perusahaan," kata seorang pejabat dari Samsung Display. "Namun, kami tidak dapat mengkonfirmasi angka pasti atau langkah selanjutnya."

Samsung Display mengatakan pembelian itu untuk tujuan investasi sederhana buat bisnis ponsel lipatnya, dan tidak akan mengambil tindakan apa pun untuk memengaruhi manajemen Dowoo Insys. Namun, pejabatnya diperkirakan akan ditunjuk sebagai direktur dewan luar di Dowoo Insys pada rapat pemegang saham yang akan jatuh tempo pada 30 Desember mendatang.


Mana yang lebih baik, CPI atau UTG?

Pasar penutup layar global untuk smartphone yang bisa dilipat semakin mengerucut antara film Colorless Polyimide (CPI) transparan dan Ultra Thin Glass (UTG) karena kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi yang digunakan.

Penutup layar pada smartphone berfungsi untuk melindungi display, yang berarti pada saat yang bersamaan harus ulet dan fleksibel, sesuai dengan faktor bentuk dan mekanisme kerja dari ponsel yang bisa dilipat.

Saat ini, film CPI tampaknya lebih unggul, terutama karena sudah diproduksi secara massal. Berukuran 220㎛ termasuk lapisan film Polyethylene Terephthalate (PET) dan Pressure Sensitive Adhesive (PSA), film CPI juga lebih tipis dari jendela penutup UTG dengan ukuran 250 ~ 270㎛. Inilah sebabnya mengapa Samsung dan Huawei sama-sama menggunakan film CPI untuk jendela penutup di masing-masing smartphone Galaxy Fold dan Mate X mereka yang bisa dilipat, dan begitu pula Motorola untuk ponsel Razr-nya yang akan datang.

Namun, kerugian dari film CPI adalah bahwa lipatan akan muncul ketika dilipat dan tidak menawarkan jenis visibilitas yang jelas seperti kaca. Penutup CPI juga kurang tahan gores. Untuk itu, sebagai langkah pencegahan, Samsung menambahkan lapisan keras dan lapisan film pelindung khusus yang diproduksi oleh Segyung Hitech (SGhitech), perusahaan komponen elektronik Korea yang berbasis di Suwon.

Sementara itu, fitur terbaik dari UTG adalah kekerasan dan visibilitasnya. UTG juga menawarkan estetika yang kokoh dan solid dibandingkan dengan film CPI yang terlihat seperti plastik. Tapi UTG masih jauh dari produksi massal, dan kemampuannya untuk ditekuk hanya setengahnya jika dibandingkan dengan film CPI. Samsung pada awalnya mempertimbangkan untuk menerapkan UTG ke generasi kedua dari Galaxy Fold, tetapi karena masalah hasil, kemudian mengkonfirmasi hanya akan menerapkan UTG buat Galaxy Fold untuk tipe clamshell.

Menurut perusahaan riset pasar IHS Markit, smartphone yang menggunakan CPI akan berjumlah sekitar lima kali lipat dari UTG pada tahun 2020, tetapi kesenjangan akan menyempit menjadi 1,3 kali pada tahun 2025. Dalam hal pengiriman, CPI diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2023, dan kemudian jatuh. Melihat tren ini, Kolon Industries, yang merupakan perusahaan pertama di Korea yang bisa memproduksi film CPI secara massal kemungkinan akan menerapkan UTG ke layar yang lebih kecil, sambil menjaga CPI untuk layar yang lebih besar.

Kolon Industries dari Korea dan Sumitomo Chemical dari Jepang adalah dua perusahaan kimia terbesar di pasar film CPI. Sementara itu, perusahaan kimia lainnya SKC yang dimiliki oleh grup konglomerat (chaebol) SK Group asal Korea, juga bersiap untuk memproduksi material film CPI secara massal.

Untuk UTG, perusahaan teratas adalah Corning yang terkenal dengan Gorilla Glass-nya yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dan Schott di Jerman. Di Korea Selatan, Dowoo Insys adalah pemasok utama, bersama dengan UTI Inc dan Chemtronics, yang bersiap untuk memproduksi UTG untuk ponsel lipat generasi baru Samsung.


Dowoo Insys perluas kapasitas produksi hingga ke Vietnam

Dowoo Insys sedang mencari untuk melakukan investasi tambahan ke dalam fasilitas produksi massal dan ini mengisyaratkan bahwa Samsung ingin membedakan dirinya dalam pasar smartphone yang bisa dilipat melalui UTG. Menurut sumber industri di Korea, Dowoo Insys saat ini sedang mencari untuk melakukan investasi tambahan ke fasilitas produksi massal. Selain fasilitasnya di Korea Selatan, mereka juga sedang mempersiapkan fasilitas lain di Vietnam. Hal ini sejalan dengan Samsung yang juga memiliki pabrik smartphone yang besar di Vietnam.

Dowoo Insys memiliki teknologi yang dapat memproduksi UTG yang memiliki ketebalan kurang dari 100μm. Sekarang perusahaan yang didirikan pada 2010 di Korea Selatan ini dapat memproduksi kaca tempered dengan ketebalan minimal 30μm.

Saat ini Dowoo Insys mampu menghasilkan 500.000 panel UTG per bulan. Mereka telah mengoptimalkan teknologi UTG dengan terus-menerus bekerja sama dengan Samsung Display dan baru-baru ini mulai memproduksi panel UTG untuk mengamankan pasokan awal dari Samsung Display terlebih dahulu. Karena tingkat operasionalnya belum meningkat ke level yang diinginkan, ada perbedaan dalam output aktual dan kapasitas produksi.

Dowoo Insys melihat peningkatan kapasitas produksinya terhubung langsung ke strategi Samsung. Karena Dowoo Insys hanya perlu memasok panel UTG ke Samsung, untuk peningkatan kapasitas produksi berarti bahwa hal itu dapat mengarah pada perluasan bisnisnya terkait dengan pasar perangkat yang bisa dilipat. Karena teknologi lipat dapat diterapkan ke berbagai bidang seperti laptop selain smartphone, Dowoo Insys perlu menjadi pemasok UTG yang stabil dari perspektif jangka panjang. Industri ini telah terbukti berfokus pada berapa banyak model lipat yang dilengkapi dengan panel UTG akan ada di masa depan.

"Meskipun produsen panel Tiongkok juga tertarik pada display yang bisa dilipat dan bekerja pada penawaran dan permintaan panel UTG, tidak akan ada pesaing yang signifikan untuk Samsung Display selama tiga tahun ke depan mengingat stabilitas produksi, keterampilan teknis, dan keandalan yang sudah mereka miliki," kata seorang pengamat untuk industri display di Korea. “Kami akan mengamati bagaimana hubungan antara Samsung dan Dowoo Insys akan dipertahankan mengingat pelanggan strategis Samsung dan proliferasi pasar perangkat yang bisa dilipat.”

Samsung Electronics berencana untuk meluncurkan smartphone Galaxy Fold terbarunya di sebuah acara unpack di San Francisco, Amerika Serikat (AS) pada bulan Februari tahun depan. Samsung menargetkan bisa menjual 6 juta unit ponsel lipat tahun depan dan 20 juta unit pada tahun 2021.