Samsung C&T terlibat dalam proyek raksasa di Indonesia

Samsung C&T telah lulus tahap prakualifikasi untuk berpartisipasi dalam tender proyek kerja sama RSUD dr. Zainoel Abidin di Banda Aceh.

Pemerintah Provinsi Aceh menetapkan empat peserta yang dinilai layak mengikuti lelang proyek kerja sama pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Zainoel Abidin. Proyek tersebut digadang-gadang menjadi proyek kerja sama pertama yang menerapkan prinsip syariah.

Panitia Pengadaan Program KPBU RSUD dr. Zainoel Abidin pada hari Kamis (19/12) kemarin mengumumkan bahwa empat peserta yang lulus berasal dari kalangan badan usaha milik negara (BUMN) dan perusahan asing, dua dari empat peserta berasal dari konsorsium, sedangkan dua lainnya entitas tunggal. Keempat peserta tersebut, yakni PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., Samsung C&T Corporation, konsorsium Hutama Karya dan Adhi Karya, serta konsorsium Waskita Karya Infrastruktur dan Selaras Medika Utama.

Nilai investasi proyek pengembangan RSUD dr. Zainoel Abidin mencapai Rp1,5 triliun. Badan usaha ditawarkan untuk merancang, membangun, membiayai, memelihara, dan mengelola sejumlah prasarana antara lain gedung rumah sakit, peralatan kesehatan, sistem informasi manajemen rumah sakit, dan kegiatan penunjang nonklinis. Kerja sama dengan badan usaha akan digulirkan lewat skema D-B-F-So-M-T (design-build-finance-supporting operation-maintenance-transfer) dengan durasi 17 tahun. Investasi badan usaha akan dikembalikan melalui mekanisme pembayaran ketersediaan layanan (availability payment/AP) oleh Pemprov Aceh.

Azharuddin, Direktur RSUD Zainoel Abidin, sebelumnya mengatakan pengembangan rumah sakit memanfaatkan lahan seluas 10 hektare (ha). Pengembangan juga mencakup layanan eksekutif atau private wing untuk melayani pasien berkocek tebal. Azharuddin menekankan fasilitas untuk eksekutif diperlukan untuk mengurangi jumlah pasien asal Aceh yang berobat ke luar negeri.

Dia berharap pengembangan RSUD Zainoel Abidin bisa meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat Aceh. Rumah sakit yang didirikan pada 1979 itu telah mendapat predikat paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). "Kami juga didukung Kemenkes untuk menjadi world class hospital," tukasnya.

Samsung C&T berencana untuk melakukan upaya terbaik untuk memenangkan lebih banyak pesanan di Indonesia. Sebagai pemegang peringkat pertama dalam kapasitas konstruksi di antara perusahaan konstruksi di Korea Selatan, Samsung C&T menetapkan tujuan untuk bisa memperoleh 11,7 triliun won dalam pesanan baru tahun ini, setelah penerimaan pesanannya mencapai 4.393 miliar won pada kuartal ketiga.


Samsung terlibat dalam pembangunan pembangkit listrik terintegrasi pertama di Asia dan terbesar di Asia Tenggara

Samsung C&T memenangkan pesanan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa-1 senilai $900 juta di Indonesia tahun lalu untuk konsorsium PT Jawa Satu Power. Samsung C&T Corporation dan mitranya - General Electric (GE) dan PT Meindo Elang Indah (Meindo) - diberi kepercayaan untuk membangun siklus pembangkit listrik gabungan sebesar 1.760 MW di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Proyek yang telah dimulai pada 19 Desember 2018 ini telah selesai 45 persen pada akhir November.


Groundbreaking ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, didampingi Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati, serta Direktur Pengadaan Strategis PT PLN, Supangkat Iwan Santoso. Peletakan batu pertama pembangunan proyek infrastruktur gas dan pembangkit listrik terintegrasi Jawa 1 ini dianggap sebagai tanda dimulainya tahap konstruksi secara masif. Pencapaian ini terwujud berkat kemitraan dan dukungan dari mitra konsorsium yang menggabungkan keahlian masing-masing dalam identifikasi dan inisiasi proyek, pembiayaan proyek, teknologi dan konstruksi proyek.

Ginanjar, Presiden Direktur Pertamina Power Indonesia (PPI) yang juga menjabat sebagai President Director PT Jawa Satu Power, mengatakan, dengan memasuki tahap konstruksi secara masif tersebut, spektrum, koordinasi dan kontrol proyek dan para pihak terkait yang terlibat akan menjadi bertambah luas. “Soliditas konsorsium dan supporting partner lainnya menjadi kunci keberhasilan proyek agar berjalan on time dan on budget dengan selalu memprioritaskan aspek quality and HSSE selama masa konstruksi dan operasinya,” kata Ginanjar.

Darmin Nasution menjelaskan, PLTGU Jawa-1 akan menjadi pembangkit listrik terintegrasi pertama di Asia dan terbesar di Asia Tenggara, yang menggabungkan bisnis LNG yang terintegrasi dengan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) yang pada akhir kontrak akan diambil alih oleh PLN dan pembangkit independent power producer (IPP). Menurut Darmin Nasution, pengerjaan PLTGU Jawa 1 tersebut tidak hanya sebagai Proyek Strategis Nasional, tetapi juga sebagai proyek prioritas dari Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).

“Kita patut bersyukur dengan proyek yang penting dan membanggakan yaitu PLTGU Jawa-1 atau yang lebih sering disebut proyek IPP PLTGU Jawa-1 merupakan pembangkit listrik terintegrasi pertama di Asia dan terbesar di Asia Tenggara,” katanya.

Pembangunan konstruksi PLTGU Jawa 1 dipercayakan kepada General Electric (GE), Samsung C&T (Samsung) dan PT Meindo Elang Indah (Meindo), termasuk pemeliharaan pembangkit listrik selama 25 tahun.

“Proyek ini merupakan bagian dari komitmen dan kolaborasi BUMN besar Indonesia yakni Pertamina dan PLN, untuk memberikan solusi LNG to Power guna menghasilkan energi bersih dan terjangkau dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Nicke Widyawati. Proyek ini juga merupakan kolaborasi internasional yang melibatkan 18 mitra Internasional maupun domestik (Indonesia, Jepang, Korea, Amerika, dan Eropa).

Teknologi yang digunakan PLTGU ini salah satunya adalah turbin gas yang disediakan oleh GE, yaitu turbin 9HA.02. Sementara itu, Samsung akan menyediakan pekerjaan konstruksi dan peralatan balance of plant untuk pembangkit listrik. Sedangkan Meindo akan menyediakan semua pekerjaan laut termasuk jetty, pipa gas, dan pipa air pendingin.

“Efisiensi pembangkit listrik penting untuk menjaga tarif listrik tetap kompetitif dan terjangkau masyarakat. Di sinilah turbin gas GE 9HA.02 memiliki efisiensi tinggi dan perangkat lunak Asset Performance Management (APM) dari GE memainkan peranannya,” kata Handry Satriago, CEO GE Indonesia.

“Kami sangat senang dapat mengambil bagian dalam proyek pembangkit listrik Jawa 1, yang akan berkontribusi pada pengembangan energi di Indonesia. Berdasarkan nilai-nilai inti Samsung C&T untuk kualitas dan keamanan, kami berharap dapat menghadirkan proyek yang sukses bersama dengan mitra kami,” kata Oh Se-chul, Kepala Plant Business Unit dari Samsung C&T.


Pengoperasian PLTGU Jawa-1 yang terintegrasi langsung dengan FSRU berpotensi menghasilkan penghematan bagi PT PLN (Persero) karena listrik yang dibeli jadi kompetitif. Selama masa life time PLTGU, PLN mendapatkan tarif listrik dengan harga yang relatif murah yakni 5,5038 USD/kWh. “Pembangkit ini diharapkan bisa menambah pasokan listrik untuk 11 juta pelanggan. Dengan tarif yang efisien, PLN berpotensi menghemat sebesar Rp43 triliun,” kata Supangkat Iwan Santoso, Direktur Pengadaan Strategis PLN.

Proyek PLTGU Jawa-1 yang ditargetkan selesai September 2021 ini akan disalurkan melalui jaringan PLN Jawa-Bali. Supangkat menyatakan, penghematan baru akan benar-benar terasa saat PLTGU Jawa-1 bisa menggantikan pasokan listrik dari pembangkit lainnya. “Pembangkit-pembangkit yang lama kan tidak efisien. Ini sangat efisien. Jadi tentu bebannya akan turun sehingga secara total rupiah per kWh akan turun di Jawa Bali. Setelah masuk beroperasi, nanti biaya pokok produksinya akan lebih hemat,” tutur Supangkat Iwan Santoso.

Diperkirakan nantinya masih akan ada tersisa alokasi gas untuk PLTGU Jawa 1, karena pembangkit listrik tidak menyerap semua gas yang bisa diolah di FSRU Jawa-1, yang mana kapasitasnya 400 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Sebagian besar dari kebutuhan tersebut akan dipasok dari BP Tangguh ke PLTGU Jawa-1 selama 20 tahun dengan kapasitas 16 kargo per tahun dengan harga ditetapkan 11,2% dari ICP + US$ 0,4 / MMBTU. 16 kargo per tahun itu setara 160 BBTUD. Dikarenakan pembangkit ini bukan base load, kata Supangkat, kira-kira bebannya 60%. Jika hanya diaktifkan 60% dari total kemampuan pembangkit yang sebesar 1.760 megawatt (MW), berarti akan ada kelebihan gas.

“PLN sebagai pemilik kontrak gas nantinya bisa memasarkan kelebihan pasokan di FSRU untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Ini suatu kelebihannya. Toll fee kompetitif, dan apabila utilisasi bisa lebih tinggi lagi bisa diambil PGN atau Pertamina,” tutur Supangkat.

Presiden Direktur Pertamina Power Indonesia (PPI) Ginanjar mengatakan pembangunan pembangkit listrik ini akan menciptakan multiplier effect bagi perekonomian wilayah Karawang, Bekasi, dan sekitarnya. Salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja yang mencapai 4.600 orang pada masa konstruksi dan lebih kurang-200 orang pada masa operasi, sehingga diharapkan bisa berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja baru serta peningkatan perekonomian daerah.

Di sisi lain, Nicke Widyawati, menilai di beberapa sudut di luar aset PLTGU ini cocok dijadikan sebagai spot tujuan pariwisata yang edukatif mengingat fasilitas-fasilitasnya merupakan termegah dan terlengkap di Asia Tenggara. “Nantinya akan menambah pemasukan bagi daerah Karawang baik dari akomodasi, transportasi ataupun kuliner,” kata Nicke.

Peran Samsung C&T dalam proyek ini mencerminkan rekam jejak proyek pembangkit listrik yang sukses di seluruh dunia termasuk pembangkit listrik Muara Tawar di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Indonesia; proyek Dongducheon CCPP dan Kumho CHP-S1 di Korea; dan EMAL Phase2 CCPP dan Shuweihat 2 CCPP di Uni Emirat Arab.