Imbas perang dagang AS-Tiongkok, Huawei kalahkan Samsung di Rusia selama Q3 2019

Huawei semakin dekat ke Rusia, setelah masuk daftar hitam oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa sekutunya. Selama setahun terakhir, Huawei telah membuat terobosan besar di Rusia. Perusahaan teknologi asal Tiongkok tersebut telah muncul sebagai pemimpin di Rusia di berbagai bidang mulai dari pengembangan jaringan seluler generasi kelima (5G) hingga penjualan smartphone. Huawei juga sedang dalam proses untuk memperluas kegiatan R&D mereka di Rusia dan membentuk kemitraan dengan universitas lokal.

"Huawei adalah perusahaan teknologi terbesar di Tiongkok. Tiongkok berteman dengan Rusia, jadi masuk akal jika Huawei sekarang memainkan peran utama dalam persahabatan ini," kata Vladimir Rubanov, seorang manajer eksekutif di salah satu perusahaan teknologi di Rusia. "Rusia juga menghadapi pertentangan dari Barat dan hubungannya dengan AS memburuk."

Huawei juga telah memantapkan dirinya sebagai pemain terbesar di pasar smartphone Rusia setelah berhasil mengungguli Samsung dalam hal volume. Namun, dilain pihak Samsung berhasil mengalahkan Apple dalam hal nilai untuk pertama kalinya. Jadi secara tidak langsung, Samsung berhasil meraup pendapatan terbanyak di Rusia.

Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh perusahaan riset pasar International Data Corporation (IDC), pasar smartphone Rusia mencapai 8,6 juta unit selama Q3 2019, yang mewakili penurunan 2,2% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu. Meskipun adanya penekanan keatas dari mata uang rubel baru-baru ini, total nilai pasar smartphone turun 3,1% dalam dolar AS menjadi 2,0 miliar. Dengan penambahan feature phone, ukuran total pasar adalah 10,6 juta unit.

Meskipun ada ketidakpastian terkait dengan akses Huawei di masa mendatang ke beberapa layanan komersial Google, vendor smartphone terbesar di Tiongkok tersebut berhasil menyingkirkan Samsung untuk menjadi pemimpin pasar, meskipun marginnya sangat dekat. Huawei P30 Lite terus terjual dengan baik, tetapi model P30 dan P30 Pro yang lebih mahal tergelincir, dengan preferensi pembeli pindah ke Y5 Lite. Di dalam merek Honor dari Huawei, 8A adalah model yang sangat kuat.

Sementara walaupun sudah tergeser ke posisi runner up, kinerja Samsung tetap kompetitif di Q3 berkat pengiriman yang kuat dari seri A. Produk menengah seperti A50 dan A10, model termurah dalam seri Galaxy A, tetap terlaris di kuartal ini. Sedangkan Xiaomi berhasil mempertahankan tempat ketiga sepanjang tahun; dimana model yang paling populer adalah Redmi 7A, Note 7, dan Go.

Pengiriman Apple menurun dari tahun ke tahun untuk kuartal keempat berturut-turut, termasuk harus menyerahkan kepemimpinannya di pasar smartphone dalam hal nilai kepada Samsung untuk pertama kalinya. Model Apple yang paling populer adalah iPhone XR, dan kisaran model baru - iPhone 11, 11 Pro, dan 11 Pro Max - yang menyumbang hampir seperempat pengiriman Apple dalam hal nilai.

Ada langkah nyata di pasar menuju kisaran harga $200-300, sementara harga jual rata-rata (tanpa PPN) hanya berubah sedikit dari tahun sebelumnya hingga mencapai $235.

"Spesifikasi teknis smartphone yang dijual di Rusia terus meningkat dengan cepat," kata Olga Babinina, analis riset di IDC Russia dan CIS. “Separuh pasar sekarang diwakili oleh model-model dengan rasio aspek 19,5:9, sedangkan layar lebar yang tipis itu hampir tidak ada di pasaran pada Q3 2018. Hampir dua pertiga smartphone sekarang memiliki ukuran layar lebih dari enam inci. Kapasitas penyimpanan juga meningkat - lebih dari 16% smartphone memiliki penyimpanan 128GB atau lebih, sedangkan tingkat itu sangat jarang terjadi setahun yang lalu.”

Sementara Huawei telah menghadapi larangan perdagangan di AS dan Eropa dengan tuduhan bahwa perangkat buatan mereka dapat digunakan untuk memata-matai oleh pemerintah Tiongkok, namun hal itu tidak berpengaruh di Moskow. "Huawei dipandang di Rusia sebagai perusahaan yang taat hukum yang tidak terlibat dalam hal-hal seperti itu karena tidak ada yang menunjukkan bukti," kata Eldar Murtazin, pemimpin redaksi situs Mobile Review.

Ketegangan yang meningkat dengan AS juga telah mendorong Huawei untuk melihat ke Rusia sebagai sumber inovasi potensial. Ketika Huawei terus memperkuat kehadirannya di Rusia, keberhasilannya di masa depan di negara itu kemungkinan akan datang dengan mengorbankan pesaing asal Amerika. "Strategi global Huawei sangat sederhana. Ada Amerika, yang telah menyingkirkan Huawei, ada pasar Tiongkok, dan ada negara-negara yang setia di mana Huawei memiliki peluang untuk memperluas kehadirannya. Rusia adalah salah satu negara seperti itu," kata Murtazin.

"Karena alasan ini, Huawei akan berinvestasi besar-besaran di pasar Rusia dan secara efektif membunuh perusahaan infrastruktur Amerika di Rusia," tambah Murtazin. "Ini adalah upaya sungguh-sungguh untuk mengusir mereka, yang lebih mengandalkan pemasaran dan komersial daripada politis, dan dengan menawarkan kondisi dan kontrak yang lebih baik."


Perpecahan teknologi antara Timur dan Barat

Inovasi besar berikutnya di pasar ponsel Rusia adalah perangkat 5G, dengan banyak model premium yang akan diluncurkan tahun depan yang diharapkan memiliki konektivitas 5G sebagai standar. Teknologi baru ini masih dalam tahap pengujian di antara operator seluler Rusia, dan Huawei sudah berinisitif di depan lewat bantuan pemerintah Tiongkok.

Selama kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Rusia untuk menghadiri St Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2019 yang diadakan pada bulan Juni kemarin, Huawei menandatangani perjanjian dengan operator seluler terkemuka Rusia MTS untuk mengembangkan jaringan 5G di negara itu. Wakil Ketua Huawei Ken Hu mengumumkan bahwa perusahaannya akan menginvestasikan dana sebesar 500 juta rubel (sekitar 110 miliar rupiah) untuk pengembangan 5G di Rusia selama lima tahun ke depan.

SPIEF 2019 menjual pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping sebagai agenda utamanya. Tidak lupa, acara tersebut juga digunakan oleh Putin untuk menuduh AS dengan sengaja telah memaksa Huawei keluar dari pasar global, dan menyebut hal itu sebagai perang teknologi pertama di era digital yang akan datang.

Tele2, operator Rusia lainnya yng sebelumnya menjalin hubungan dengan Ericsson, secara tiba-tiba juga telah bekerja sama dengan Huawei untuk skema percontohan 5G di Moskow — di mana untuk pertama kalinya jaringan super cepat itu akan mencakup hampir seluruh kota. Begitu juga dengan MegaFon, operator Rusia lainnya yang sebelumnya telah melakukan uji coba Siaran VR menggunakan peralatan Nokia 5G, sekarang telah setuju untuk mengembangkan dan menerapkan standar 5G di Rusia dengan Huawei.

Jualan 5G bukan satu-satunya agenda Huawei ketika Xi bertemu Putin, namun juga menyentuh potensi smartphone Huawei untuk transisi dari OS Android besutan Google ke OS Aurora buatan Rusia yang sebelumnya telah dibahas secara lebih rinci antara Huawei dan menteri pengembangan digital dan komunikasi Rusia. Huawei dilaporkan akan menginstal Aurora pada 360.000 tabletnya yang akan digunakan untuk melakukan sensus penduduk Rusia tahun depan. Ini adalah tahap awal untuk penggunaan sistem operasi buatan Rusia pada perangkat Huawei yang lebih luas.

Pertemuan antara Xi dan Putin juga membahas perpecahan teknologi yang muncul antara AS dan sekutu-sekutunya di sisi barat, dan Tiongkok dan lainnya — termasuk Rusia — di sisi timur. Apa yang disebut dengan Splinternet ini menimbulkan ketakutan di badan-badan intelijen tertentu, yaitu kehilangan kendali. Dan juga di antara pemain-pemain besar di sektor teknologi barat, yaitu hilangnya pendapatan. Para pemain teknologi itu termasuk perusahaan-perusahaan seperti Intel, Qualcomm, Google dan Microsoft. Splinternet, pemisahan teknologi yang didorong oleh perbedaan kepentingan antara Timur dan Barat, akan berakibat pada perbedaan generasi standar global untuk perangkat, jaringan, dan aplikasi yang sangat tergantung pada keseimbangan.