Samsung SDI hari ini mengumumkan langkah-langkah keamanan untuk mengatasi ketakutan publik setelah serangkaian kebakaran dalam energy storage systems (ESS) yang digunakan oleh kendaraan listrik (EV) selama dua tahun terakhir, walaupun baterai ESS bukan merupakan penyebab kebakaran yang signifikan.
Samsung SDI mengatakan bahwa mereka telah hampir menyelesaikan pemasangan peralatan keselamatan di semua lokasi baterai ESS-nya. ESS menyimpan listrik dari turbin surya dan angin untuk dikonsumsi nanti. ESS terdiri dari baterai isi ulang, yang mengisi dan mengeluarkan listrik; sistem konversi daya, yang mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik; dan sistem manajemen energi, yang digunakan untuk memantau listrik yang tersimpan di ESS.
"Meskipun telah dikonfirmasi bahwa sistem buatan Samsung tidak menyebabkan kebakaran, kami memutuskan untuk melakukan tindakan pencegahan untuk mencegah insiden seperti itu dan memadamkan ketakutan konsumen yang meningkat," kata Heo Eun-gi, wakil presiden senior tim pengembangan sistem di Samsung SDI pada konferensi pers yang diadakan di pusat Seoul hari ini.
Afiliasi produsen baterai dari Samsung electroinics ini mengatakan telah bekerja pada sistem keselamatan ESS selama setahun terakhir dan akan menyelesaikan instalasi pada akhir bulan. Solusi ini dianggap bisa menangani masalah yang ditunjukkan oleh orang dalam industri sebagai penyebab potensial kebakaran. Sistem ini mencakup sensor yang memeriksa kerusakan dari pengiriman atau penanganan baterai; pelatihan reguler mitra ESS; dan peningkatan software untuk mendeteksi penyimpangan dalam kondisi baterai, termasuk suhunya.
"Kami akan segera menerapkan sistem pemadam kebakaran khusus untuk semua situs ESS di Korea yang menggunakan sel dan modul ESS kami," kata Lim Young-ho, wakil presiden eksekutif yang memimpin unit bisnis ESS dan otomotif di Samsung SDI. "Kami akan terus menggandakan upaya kami untuk mengembangkan ESS yang aman dan andal.”
Samsung SDI telah mengembangkan sistem pemadam api khusus yang dapat mencegah panas dari satu sel baterai menyebar ke sel yang berdekatan. Sistem ini - yang terbuat dari bahan kimia khusus yang tidak disebutkan oleh mereka - membantu untuk segera memadamkan api dan, karenanya, mencegah api menyebar. Samsung SDI mengatakan telah menghabiskan total hingga 200 miliar won (2,4 triliun rupiah) untuk menginstal sistem keamanan pada 1.000 situs ESS yang ada di Korea. "Meskipun sulit untuk menghitung biayanya secara tepat, diperkirakan antara 150 miliar won dan 200 miliar won akan diperlukan untuk menerapkan sistem keselamatan baru," kata Kwon Young-no, kepala kantor dukungan manajemen untuk Samsung SDI, selama jumpa pers di Seoul.
Samsung menyarankan bahwa penyebab kebakaran bisa jadi adalah kesalahan manajemen peralatannya. "Perbedaan terbesar antara operator ESS domestik dan luar negeri adalah bahwa perusahaan di luar negeri memiliki lebih banyak pengalaman dalam pengelolaan jaringan listrik dan secara ketat mengikuti hukum dalam proses instalasi dan operasional," kata Lim Young-ho.
Bahkan, menurut Samsung, sistem mereka telah lolos pengujian organisasi keselamatan UL dari Amerika Serikat.
Sebuah komite yang dibentuk oleh pemerintah Korea Selatan mengumumkan temuannya pada bulan Juni setelah melakukan penyelidikan selama berbulan-bulan tentang kejadian tersebut, tetapi gagal mengungkapkan asal muasal kebakaran tersebut, hanya mengatakan mungkin ada "penyebab kompleks" atas semua kejadian. Setelah pengumuman ini, kebakaran lainnya terjadi di situs Samsung ESS dan dua lagi di situs LG Chem. Tetapi baterai yang telah dijual oleh Samsung ke mitra di luar negeri tidak memiliki masalah dengan kebakaran. Sebanyak 26 kebakaran terjadi di lokasi-lokasi ESS secara nasional sejak Agustus 2017.
Samsung SDI meluncurkan baterai lithium ESS pada tahun 2010 berdasarkan teknologi baterai isi ulang lithium-ion berukuran kecil. Teknologi ini dapat memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan dan memberikan solusi khusus untuk berbagai tujuan pasar tenaga listrik.
Dalam upaya mencegah kebakaran ESS, perangkat keselamatan sudah dikembangkan oleh Samsung SDI untuk melindungi baterai dari benturan listrik. Sensor juga dirancang untuk mengidentifikasi guncangan eksternal pada baterai selama pengangkutan.
CEO Samsung SDI Jun Young-hyun mengatakan, "Sebagai perusahaan global, kami memiliki tanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah proaktif terlepas dari apapun penyebab kebakaran." Dia menambahkan, "Kami berharap langkah-langkah kami akan berkontribusi untuk memulihkan kepercayaan pada industri ESS."
Pada kuartal terakhir, Samsung SDI diperkirakan akan melihat penurunan laba operasional sebesar 13,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Wakil Presiden Lim mengatakan pesanan dari klien "turun sekitar setengah" tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Samsung SDI mengatakan pihaknya juga telah menghabiskan lebih dari 23 miliar won (276 miliar rupiah) untuk pemulihan dari kebakaran sebelumnya.
Samsung SDI mengatakan bahwa mereka telah hampir menyelesaikan pemasangan peralatan keselamatan di semua lokasi baterai ESS-nya. ESS menyimpan listrik dari turbin surya dan angin untuk dikonsumsi nanti. ESS terdiri dari baterai isi ulang, yang mengisi dan mengeluarkan listrik; sistem konversi daya, yang mengubah arus searah menjadi arus bolak-balik; dan sistem manajemen energi, yang digunakan untuk memantau listrik yang tersimpan di ESS.
"Meskipun telah dikonfirmasi bahwa sistem buatan Samsung tidak menyebabkan kebakaran, kami memutuskan untuk melakukan tindakan pencegahan untuk mencegah insiden seperti itu dan memadamkan ketakutan konsumen yang meningkat," kata Heo Eun-gi, wakil presiden senior tim pengembangan sistem di Samsung SDI pada konferensi pers yang diadakan di pusat Seoul hari ini.
Afiliasi produsen baterai dari Samsung electroinics ini mengatakan telah bekerja pada sistem keselamatan ESS selama setahun terakhir dan akan menyelesaikan instalasi pada akhir bulan. Solusi ini dianggap bisa menangani masalah yang ditunjukkan oleh orang dalam industri sebagai penyebab potensial kebakaran. Sistem ini mencakup sensor yang memeriksa kerusakan dari pengiriman atau penanganan baterai; pelatihan reguler mitra ESS; dan peningkatan software untuk mendeteksi penyimpangan dalam kondisi baterai, termasuk suhunya.
"Kami akan segera menerapkan sistem pemadam kebakaran khusus untuk semua situs ESS di Korea yang menggunakan sel dan modul ESS kami," kata Lim Young-ho, wakil presiden eksekutif yang memimpin unit bisnis ESS dan otomotif di Samsung SDI. "Kami akan terus menggandakan upaya kami untuk mengembangkan ESS yang aman dan andal.”
Samsung SDI telah mengembangkan sistem pemadam api khusus yang dapat mencegah panas dari satu sel baterai menyebar ke sel yang berdekatan. Sistem ini - yang terbuat dari bahan kimia khusus yang tidak disebutkan oleh mereka - membantu untuk segera memadamkan api dan, karenanya, mencegah api menyebar. Samsung SDI mengatakan telah menghabiskan total hingga 200 miliar won (2,4 triliun rupiah) untuk menginstal sistem keamanan pada 1.000 situs ESS yang ada di Korea. "Meskipun sulit untuk menghitung biayanya secara tepat, diperkirakan antara 150 miliar won dan 200 miliar won akan diperlukan untuk menerapkan sistem keselamatan baru," kata Kwon Young-no, kepala kantor dukungan manajemen untuk Samsung SDI, selama jumpa pers di Seoul.
Samsung menyarankan bahwa penyebab kebakaran bisa jadi adalah kesalahan manajemen peralatannya. "Perbedaan terbesar antara operator ESS domestik dan luar negeri adalah bahwa perusahaan di luar negeri memiliki lebih banyak pengalaman dalam pengelolaan jaringan listrik dan secara ketat mengikuti hukum dalam proses instalasi dan operasional," kata Lim Young-ho.
Bahkan, menurut Samsung, sistem mereka telah lolos pengujian organisasi keselamatan UL dari Amerika Serikat.
Sebuah komite yang dibentuk oleh pemerintah Korea Selatan mengumumkan temuannya pada bulan Juni setelah melakukan penyelidikan selama berbulan-bulan tentang kejadian tersebut, tetapi gagal mengungkapkan asal muasal kebakaran tersebut, hanya mengatakan mungkin ada "penyebab kompleks" atas semua kejadian. Setelah pengumuman ini, kebakaran lainnya terjadi di situs Samsung ESS dan dua lagi di situs LG Chem. Tetapi baterai yang telah dijual oleh Samsung ke mitra di luar negeri tidak memiliki masalah dengan kebakaran. Sebanyak 26 kebakaran terjadi di lokasi-lokasi ESS secara nasional sejak Agustus 2017.
Samsung SDI meluncurkan baterai lithium ESS pada tahun 2010 berdasarkan teknologi baterai isi ulang lithium-ion berukuran kecil. Teknologi ini dapat memenuhi berbagai kebutuhan pelanggan dan memberikan solusi khusus untuk berbagai tujuan pasar tenaga listrik.
Dalam upaya mencegah kebakaran ESS, perangkat keselamatan sudah dikembangkan oleh Samsung SDI untuk melindungi baterai dari benturan listrik. Sensor juga dirancang untuk mengidentifikasi guncangan eksternal pada baterai selama pengangkutan.
CEO Samsung SDI Jun Young-hyun mengatakan, "Sebagai perusahaan global, kami memiliki tanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah proaktif terlepas dari apapun penyebab kebakaran." Dia menambahkan, "Kami berharap langkah-langkah kami akan berkontribusi untuk memulihkan kepercayaan pada industri ESS."
Pada kuartal terakhir, Samsung SDI diperkirakan akan melihat penurunan laba operasional sebesar 13,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Wakil Presiden Lim mengatakan pesanan dari klien "turun sekitar setengah" tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Samsung SDI mengatakan pihaknya juga telah menghabiskan lebih dari 23 miliar won (276 miliar rupiah) untuk pemulihan dari kebakaran sebelumnya.