Operasikan 210 ribu server global, Samsung SDS masuk 10 besar penyedia layanan cloud di dunia

Samsung SDS mengadakan Cloud Media Day di Chuncheon Data Center pada 20 September kemarin dan memperkenalkan platform dan teknologi cloud Samsung SDS untuk konversi cloud yang mudah dan pengoperasian sistem bisnis klien dan infrastruktur IT.


Tahun lalu, Samsung SDS maju ke bisnis cloud eksternal dengan sungguh-sungguh berdasarkan pengalamannya dengan konversi cloud dan operasional afiliasi Samsung. Samsung SDS saat ini mengoperasikan sekitar 210.000 server virtual termasuk server, penyimpanan, dan jaringan. Sebagai pengakuan atas kompetensi tersebut, Samsung SDS adalah satu-satunya perusahaan Korea yang berada di peringkat 10 besar secara global berdasarkan laporan “Market Share Analysis: Infrastructure Managed Service , 2018” yang dirilis oleh Gartner.

Baru-baru ini, pelanggan korporat ingin mengoperasikan sistem dan platform bisnis utama mereka di lingkungan cloud, di luar sekadar mengubah infrastruktur IT menjadi cloud. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Samsung SDS menyarankan tiga solusi yang memungkinkan penggunaan berbagai cloud secara efisien, lingkungan pengembangan yang mudah dan nyaman, dan perluasan layanan global yang cepat.


Pertama, Samsung SDS memperkenalkan Hybrid Cloud Platform yang mengelola cloud private dan public, memungkinkan transfer data yang nyaman antara berbagai layanan cloud, dan menyediakan manajemen kegagalan melalui sistem pemantauan server resource yang terintegrasi.

Kedua adalah Samsung SDS PaaS (Platform as a Service). Layanan ini berdasarkan pada teknologi cloud native yang memungkinkan pengembangan dan pengoperasian sistem bisnis cloud secara cepat dan mudah, serta modifikasi dan penyebaran aplikasi yang mudah bagi pelanggan korporat.

Samsung SDS menerapkan teknologi cloud native utama untuk Samsung SDS PaaS seperti teknologi container, DevOps untuk menjalankan pengembangan dan operasional pada saat yang bersamaan, dan Micro Service Architecture (MSA) untuk modifikasi dan penyebaran berbasis modul. Menggunakan Samsung SDS PaaS, pelanggan korporat dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan lingkungan pengembangan dan untuk menyebarkan aplikasi masing-masing dari delapan hari menjadi satu hari dan dari dua minggu menjadi satu hari.

Terakhir, Samsung SDS Software Reliability Engineering (SRE) memungkinkan pelanggan korporat yang ingin dengan cepat meluncurkan layanan mereka di pasar global untuk mengurangi total waktu yang dibutuhkan dari pengembangan infrastruktur, hingga pemasangan dan penyebaran aplikasi dari sebelas minggu menjadi tiga minggu.


Data Center baru di Chuncheon

Dua jam dari Seoul di Chuncheon, Gangwon, telah berdiri data center terbaru Samsung SDS, yang dibuka pada bulan Juli kemarin. Meliputi luas tanah sekitar 39.780 meter persegi (10 hektar), kompleks ini mencakup enam ruang server, susunan panel tenaga surya yang mampu menghasilkan listrik 180 kilowatt dan delapan generator darurat yang mampu menjaga data center ini untuk tetap berjalan selama 12 jam dalam kasus listrik padam.


"Data center Chuncheon yang dibuka baru-baru ini adalah karya ambisius Samsung SDS, dan diharapkan bisa memainkan peran penting dalam memperluas bisnis cloud kami," kata Dr. Hong Won-pyo, presiden dan CEO Samsung SDS. "Kami akan berkontribusi untuk meningkatkan daya saing klien kami dengan menawarkan sistem yang akan menyelesaikan masalah yang mereka alami dalam menerapkan could computing dan mengoperasikan aplikasi. Beberapa afiliasi kami sudah mulai mentransfer sistem utama mereka [ke data center Chuncheon]. Bisnis cloud telah melewati tahap pertama dan berdiri di awal tahap kedua.”

Hong mencatat bahwa perusahaannya akan memperluas hubungan dengan afiliasi non-Samsung dan meningkatkan total penjualan tahun ini dengan mendiversifikasi portofolio bisnisnya termasuk cloud computing, smart factory, big data dan logistik. "Kami bertujuan untuk meningkatkan total penjualan dan rasio (bisnis non-Samsung) tahun ini, yang merupakan tujuan yang sangat menantang," kata Dr. Hong Won-pyo.


Menurut Dr. Hong, rasio pendapatan perusahaannya dari afiliasi non-Samsung naik dari sekitar 11 persen pada 2017 menjadi 14 persen pada 2018, dan Samsung SDS bertujuan untuk menaikkan angkanya menjadi setidaknya 19 persen tahun ini.

Data center terbaru ini diperkenalkan sebagai data center yang berbasis Software Defined Data Center (SDDC). Samsung SDS mengintegrasikan server resource dari data center di Chuncheon, Sangam dan Suwon untuk ekspansi resource yang cepat dan operasi yang efisien, dan berencana untuk menerapkan metodologi ini ke data center globalnya juga.

Selain itu, Chuncheon Data Center secara aktif menggunakan energi terbarukan yang baru termasuk energi matahari untuk memaksimalkan efisiensi energinya dan dilengkapi dengan fasilitas ramah lingkungan yang canggih yang menggunakan angin alami yang mengarah pada efisiensi daya yang lebih tinggi juga.

“Kami akan menawarkan infrastruktur dan layanan IT berbasis cloud yang dapat mengoptimalkan sistem bisnis pelanggan di cloud untuk membantu mereka membangun daya saing bisnis yang lebih kuat,” kata Dr. Yoon Shim, Wakil Presiden Eksekutif, Pemimpin Cloud Business Division dari Samsung SDS.

Samsung SDS saat ini mengoperasikan 15 data center, dengan lima diantaranya berada di Korea Selatan - termasuk di Gwacheon dan Suwon di Gyeonggi dan Sangam-dong di Seoul barat; dan 10 lagi di luar Korea - termasuk di London, Frankfurt, Austin, Delhi, Hanoi, Beijing dan Singapura - lewat kemitraan dengan perusahaan lokal. Samsung SDS juga masih berencana untuk membuka data center lainnya di Dongtan, Gyeonggi. Tanggal pembukaan untuk fasilitas Dongtan masih belum dikonfirmasi.

"Dimulai dengan Chuncheon, kami akan mengubah data center yang berbasis hardware menjadi data center berbasis software," kata Dr. Yoon Shim.

Samsung SDS juga telah membentuk kemitraan strategis dengan penyedia layanan cloud global seperti Amazon Web Service (AWS), Microsoft Azure dan Google Cloud untuk menyediakan layanan cloud yang telah disesuaikan untuk bisnis digital.

Laporan keuangan dari Samsung SDS menunjukkan bahwa perusahaan ini telah membukukan penjualan 10 triliun won (sekitar 118 triliun rupiah) pada tahun 2018, naik 8 persen dari tahun sebelumnya, dipimpin oleh permintaan yang kuat dalam cloud computing dan analitik.