QLED TV dan OLED TV saat ini memimpin pasar TV premium global. Samsung Electronics adalah produsen QLED TV yang paling representatif diantara lainnya di dunia, begitu juga LG Electronics adalah pembawa standar buat barisan produsen TV yang mengandalkan OLED TV. Kedua perusahaan tersebut sekarang menabuh genderang perang untuk mengunci kualitas gambar terbaik untuk kategori TV 8K yang tertinggi saat ini.
Meskipun pertempuran masih berlangsung dalam tahap awal, namun nampaknya sudah bisa diprediksi siapa yang akan menjadi pemenangnya. Hal ini karena kesenjangan antara QLED TV dan OLED TV dalam hal penjualan diperkirakan akan semakin melebar tahun ini.
Firma riset pasar IHS Markit dalam laporan terbarunya yang dirilis pada Rabu (25/9) kemarin menyatakan bahwa total 5,45 juta QLED TV akan dijual tahun ini. Angka ini naik 11 persen dari estimasi sebelumnya sebanyak 4,9 juta unit. Sebaliknya, IHS Markit menurunkan estimasi penjualan OLED TV tahun ini sebesar 8 persen dari 3,25 juta unit menjadi 3 juta unit.
Menurut IHS Markit, Samsung memainkan peran besar dalam meningkatkan perkiraan penjualan QLED TV. Perusahaan teknologi terbesar di Korea tersebut diharapkan untuk menjual lebih dari lima juta unit QLED TV tahun ini, terhitung lebih dari 90 persen dari total penjualan QLED TV secara keseluruhan.
Samsung sendiri pada hari Minggu (22/9) kemarin mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menjual lebih dari 5,4 juta unit QLED TV secara global sejak TV jenis ini diluncurkan pertama kali pada tahun 2017. Samsung mengklaim bahwa konsumen telah memilih jajaran TV high-end mereka daripada produk saingan lainnya berkat teknologi QLED yang unggul. "Permukaan semua QLED TV kami yang terjual pada semester pertama tahun ini jika disejajarkan akan mencapai 5.478 kilometer persegi, yang hampir dua kali lipat ukuran area Yeouido di Seoul," tulis Samsung dalam siaran pers resminya.
Mengungkapkan sendiri angka-angka penjualan sebenarnya adalah langkah yang jarang dilakukan oleh Samsung sebelumnya. Hal ini secara luas juga dianggap sebagai tindakan balasan dari Samsung atas ulah LG yang terus-menerus menjatuhkan merek QLED 8K TV dihadapan media sejak mereka meluncurkan 8K NanoCell TV, merek untuk OLED 8K TV baru dari LG, untuk pertama kalinya di pameran dagang IFA 2019 yang berlangsung awal September kemarin di Berlin, Jerman.
Perseteruan standar teknologi 8K
Dua produsen elektronik teratas Korea terlibat dalam serangkaian perdebatan teknologi mana yang lebih unggul dan paling layak menyandang televisi 8K yang sebenarnya.
Ketegangan antara kedua belah pihak dimulai sejak IFA 2019 di Berlin awal bulan ini, ketika LG menyebut Samsung secara langsung, mengatakan kepada wartawan bahwa Samsung QLED 8K TV sebenarnya bukan 8K, berdasarkan standar internasional yang mereka klaim. Setelah dari IFA, LG kembali mengatur acara jumpa pers untuk wartawan lokal di Korea pada hari Selasa (17/9), di mana mereka bermaksud untuk lebih membuktikan klaimnya tentang TV Samsung. Sebagai tanggapan atas klaim LG, Samsung juga mengadakan konferensi pers sendiri pada sore yang sama untuk mempertahankan produknya.
Ketidaksepakatan antara kedua perusahaan adalah atas contrast modulation (CM) - pengukuran ketajaman kontras antara garis hitam dan putih yang berdekatan yang ditampilkan pada layar. Pada 2012 kemarin, International Committee for Display Metrology (ICDM) menambahkan CM sebagai standar untuk mengukur resolusi layar. Sejak 2016, produsen layar wajib melaporkan CM beserta jumlah pikselnya. Dalam industri TV, ICDM menetapkan standar display global yang digunakan sebagai referensi untuk banyak sertifikasi lainnya, termasuk International Organization for Standardization (ISO).
Menurut LG, produk Samsung tidak memenuhi ambang CM minimum 50 persen dan karenanya tidak layak disebut 8K. Sementara TV 8K buatan mereka diklaim memiliki level CM yang diatas 90 persen.
Pada konferensi pers hari Selasa, LG mempresentasikan laporan pengujian dari lembaga sertifikasi pihak ketiga - VDE dan Intertek - yang menunjukkan CM TV 8K Samsung di bawah 20 persen. Hasil untuk TV 8K LG, di sisi lain, berada di atas 90 persen. “Dengan kata lain, apa yang disebut sebagai televisi 8K [oleh Samsung] sebenarnya menunjukkan visual 4K,” jelas SP Baik, direktur di TV product strategy team di LG Electronics.
LG menekankan bahwa Samsung menyesatkan konsumen. "Konsumen akan membayar harga tinggi dengan meyakini apa yang mereka beli adalah televisi 8K, resolusi terbaik di pasar," kata Nam Ho-jun, wakil presiden senior home entertainment division di LG Electronics. “Jika [Samsung] benar-benar ingin memimpin game 8K, mereka seharusnya tidak hanya fokus pada perluasan jajaran '8K'. Mereka harus mulai merilis produk yang mematuhi standar internasional.”
Samsung membalas dengan mengatakan bahwa CM adalah standar yang sudah ketinggalan zaman untuk menilai televisi yang beresolusi tinggi. "CM adalah sebuah konsep [yang diumumkan tahun 1927] yang digunakan untuk menilai resolusi buat display lama seperti TV hitam putih pada saat penghitungan piksel waktu itu masih sulit," kata Yong Seok-woo, wakil presiden dari divisi visual display business di Samsung Electronics selama konferensi pers. "CM saja tidak dapat digunakan sebagai kriteria untuk menilai resolusi."
Untuk membuktikan klaimnya, Samsung membagikan dokumen ICDM 2016 yang bertuliskan "Teknologi display yang baru membuat pengukuran saat ini dan perhitungan resolusi display (...) tidak lengkap."
LG kemudian berkilah dengan memberikan penjelasan berbeda pada kalimat yang sama sebelumnya hari itu - yang menjelaskan bahwa ini bukan berarti CM tidak memadai untuk menilai resolusi display, tetapi hanya perlu ada standar tambahan untuk menilai TV dengan lebih baik saat ini.
Samsung, di sisi lain, mengemukakan bagian lain dari dokumen yang sama yang mengatakan bahwa komite telah "mengantisipasi" penggunaan standar saat ini untuk "menghentikan (...) dan akan diganti" dengan metode baru.
Samsung juga menekankan bahwa TV 8K-nya telah menerima sertifikat VDE untuk memenuhi standar resolusi ISO berdasarkan jumlah piksel. "Untuk mendefinisikan kinerja display 8K, kita harus mempertimbangkan baik elemen optik seperti kecerahan dan volume warna dan elemen sistematis seperti teknologi pemrosesan resolusi, tidak hanya memeriksa nilai contrast modulation," kata Yong Seok-woo. "Untuk menetapkan standar untuk TV 8K, harus ada lebih banyak diskusi di antara perusahaan terkait di industri ini.”
Samsung saat ini merupakan bagian dari 8K Association, sebuah organisasi yang bertujuan untuk menetapkan standar untuk TV 8K dan konten 8K. Sementara LG belum mau bergabung dengan organisasi ini.
QLED TV semakin menguntungkan dibanding OLED TV
Samsung mengatakan bahwa penjualan QLED TV mereka meningkat pesat setiap tahun. Selama semester pertama tahun ini, telah terjual 2,12 juta unit, yang merupakan peningkatan 127 persen dalam hitungan tahunan. "Perkiraan kami untuk semester kedua tahun ini adalah 3 juta - jadi jika digabungkan, kinerja tahunan kami diperkirakan akan meningkat 92 persen dari unit penjualan tahun lalu sebesar 2,6 juta," sebut Samsung dalam siaran pers-nya.
Berdasarkan data dari IHS Markit, Samsung menyumbang 31,5 persen dari pasar TV global pada kuartal kedua sementara mengambil 53,9 persen di segmen untuk TV 75 inci atau lebih besar.
Dilain pihak, masih berdasarkan data dari IHS Markit, penjualan OLED TV yang dipimpin oleh LG pada semester pertama tahun ini berhenti di angka 1,22 juta unit, yang hanya mewakili pertumbuhan 15 persen dari 1,06 juta tahun lalu. Di antara QLED TV yang dijual oleh Samsung pada semester pertama tahun ini, 14 persen diantaranya adalah yang memiliki layar yang lebih besar dari 75 inci, sedangkan untuk OLED TV, yang memiliki ukuran layar lebih besar dari 70 inci hanya menyumbang 2 persen dari keseluruhan unit yang terjual.
"QLED lebih populer di kalangan konsumen TV besar, dan karenanya [harganya] lebih mahal," kata Samsung yang seakan juga sebagai penjelasan kenapa mayoritas QLED TV yang laris terjual harganya lebih mahal daripada OLED TV karena memang dimensinya sudah berbeda.
OLED TV saat ini telah digunakan oleh 15 merek elektronik yang berbeda, diantaranya LG, Sony, Philips dan Panasonic, yang hampir semuanya menggunakan panel OLED buatan LG Display. Seretnya perkembangan pasar OLED TV tentunya tidak hanya memukul bisnis LG Electronics, tetapi juga LG Display.
"Samsung meluncurkan QLED TV menggunakan teknologi quantum dot kami dan telah memimpin pasar TV global selama 13 tahun berturut-turut setelah diakui untuk kualitas produknya," bunyi pernyataan Samsung. "Pada saat perusahaan menghadapi ketidakpastian bisnis yang tumbuh di dalam dan luar negeri, terlibat dalam perdebatan yang memakan waktu dapat menciptakan kekacauan bagi konsumen dan pasar. Samsung akan berdiri teguh terhadap klaim yang tidak berdasar ini."
Meskipun pertempuran masih berlangsung dalam tahap awal, namun nampaknya sudah bisa diprediksi siapa yang akan menjadi pemenangnya. Hal ini karena kesenjangan antara QLED TV dan OLED TV dalam hal penjualan diperkirakan akan semakin melebar tahun ini.
Firma riset pasar IHS Markit dalam laporan terbarunya yang dirilis pada Rabu (25/9) kemarin menyatakan bahwa total 5,45 juta QLED TV akan dijual tahun ini. Angka ini naik 11 persen dari estimasi sebelumnya sebanyak 4,9 juta unit. Sebaliknya, IHS Markit menurunkan estimasi penjualan OLED TV tahun ini sebesar 8 persen dari 3,25 juta unit menjadi 3 juta unit.
Menurut IHS Markit, Samsung memainkan peran besar dalam meningkatkan perkiraan penjualan QLED TV. Perusahaan teknologi terbesar di Korea tersebut diharapkan untuk menjual lebih dari lima juta unit QLED TV tahun ini, terhitung lebih dari 90 persen dari total penjualan QLED TV secara keseluruhan.
Samsung sendiri pada hari Minggu (22/9) kemarin mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menjual lebih dari 5,4 juta unit QLED TV secara global sejak TV jenis ini diluncurkan pertama kali pada tahun 2017. Samsung mengklaim bahwa konsumen telah memilih jajaran TV high-end mereka daripada produk saingan lainnya berkat teknologi QLED yang unggul. "Permukaan semua QLED TV kami yang terjual pada semester pertama tahun ini jika disejajarkan akan mencapai 5.478 kilometer persegi, yang hampir dua kali lipat ukuran area Yeouido di Seoul," tulis Samsung dalam siaran pers resminya.
Mengungkapkan sendiri angka-angka penjualan sebenarnya adalah langkah yang jarang dilakukan oleh Samsung sebelumnya. Hal ini secara luas juga dianggap sebagai tindakan balasan dari Samsung atas ulah LG yang terus-menerus menjatuhkan merek QLED 8K TV dihadapan media sejak mereka meluncurkan 8K NanoCell TV, merek untuk OLED 8K TV baru dari LG, untuk pertama kalinya di pameran dagang IFA 2019 yang berlangsung awal September kemarin di Berlin, Jerman.
Perseteruan standar teknologi 8K
Dua produsen elektronik teratas Korea terlibat dalam serangkaian perdebatan teknologi mana yang lebih unggul dan paling layak menyandang televisi 8K yang sebenarnya.
Ketegangan antara kedua belah pihak dimulai sejak IFA 2019 di Berlin awal bulan ini, ketika LG menyebut Samsung secara langsung, mengatakan kepada wartawan bahwa Samsung QLED 8K TV sebenarnya bukan 8K, berdasarkan standar internasional yang mereka klaim. Setelah dari IFA, LG kembali mengatur acara jumpa pers untuk wartawan lokal di Korea pada hari Selasa (17/9), di mana mereka bermaksud untuk lebih membuktikan klaimnya tentang TV Samsung. Sebagai tanggapan atas klaim LG, Samsung juga mengadakan konferensi pers sendiri pada sore yang sama untuk mempertahankan produknya.
Ketidaksepakatan antara kedua perusahaan adalah atas contrast modulation (CM) - pengukuran ketajaman kontras antara garis hitam dan putih yang berdekatan yang ditampilkan pada layar. Pada 2012 kemarin, International Committee for Display Metrology (ICDM) menambahkan CM sebagai standar untuk mengukur resolusi layar. Sejak 2016, produsen layar wajib melaporkan CM beserta jumlah pikselnya. Dalam industri TV, ICDM menetapkan standar display global yang digunakan sebagai referensi untuk banyak sertifikasi lainnya, termasuk International Organization for Standardization (ISO).
Menurut LG, produk Samsung tidak memenuhi ambang CM minimum 50 persen dan karenanya tidak layak disebut 8K. Sementara TV 8K buatan mereka diklaim memiliki level CM yang diatas 90 persen.
Pada konferensi pers hari Selasa, LG mempresentasikan laporan pengujian dari lembaga sertifikasi pihak ketiga - VDE dan Intertek - yang menunjukkan CM TV 8K Samsung di bawah 20 persen. Hasil untuk TV 8K LG, di sisi lain, berada di atas 90 persen. “Dengan kata lain, apa yang disebut sebagai televisi 8K [oleh Samsung] sebenarnya menunjukkan visual 4K,” jelas SP Baik, direktur di TV product strategy team di LG Electronics.
LG menekankan bahwa Samsung menyesatkan konsumen. "Konsumen akan membayar harga tinggi dengan meyakini apa yang mereka beli adalah televisi 8K, resolusi terbaik di pasar," kata Nam Ho-jun, wakil presiden senior home entertainment division di LG Electronics. “Jika [Samsung] benar-benar ingin memimpin game 8K, mereka seharusnya tidak hanya fokus pada perluasan jajaran '8K'. Mereka harus mulai merilis produk yang mematuhi standar internasional.”
Samsung membalas dengan mengatakan bahwa CM adalah standar yang sudah ketinggalan zaman untuk menilai televisi yang beresolusi tinggi. "CM adalah sebuah konsep [yang diumumkan tahun 1927] yang digunakan untuk menilai resolusi buat display lama seperti TV hitam putih pada saat penghitungan piksel waktu itu masih sulit," kata Yong Seok-woo, wakil presiden dari divisi visual display business di Samsung Electronics selama konferensi pers. "CM saja tidak dapat digunakan sebagai kriteria untuk menilai resolusi."
Untuk membuktikan klaimnya, Samsung membagikan dokumen ICDM 2016 yang bertuliskan "Teknologi display yang baru membuat pengukuran saat ini dan perhitungan resolusi display (...) tidak lengkap."
LG kemudian berkilah dengan memberikan penjelasan berbeda pada kalimat yang sama sebelumnya hari itu - yang menjelaskan bahwa ini bukan berarti CM tidak memadai untuk menilai resolusi display, tetapi hanya perlu ada standar tambahan untuk menilai TV dengan lebih baik saat ini.
Samsung, di sisi lain, mengemukakan bagian lain dari dokumen yang sama yang mengatakan bahwa komite telah "mengantisipasi" penggunaan standar saat ini untuk "menghentikan (...) dan akan diganti" dengan metode baru.
Samsung juga menekankan bahwa TV 8K-nya telah menerima sertifikat VDE untuk memenuhi standar resolusi ISO berdasarkan jumlah piksel. "Untuk mendefinisikan kinerja display 8K, kita harus mempertimbangkan baik elemen optik seperti kecerahan dan volume warna dan elemen sistematis seperti teknologi pemrosesan resolusi, tidak hanya memeriksa nilai contrast modulation," kata Yong Seok-woo. "Untuk menetapkan standar untuk TV 8K, harus ada lebih banyak diskusi di antara perusahaan terkait di industri ini.”
Samsung saat ini merupakan bagian dari 8K Association, sebuah organisasi yang bertujuan untuk menetapkan standar untuk TV 8K dan konten 8K. Sementara LG belum mau bergabung dengan organisasi ini.
QLED TV semakin menguntungkan dibanding OLED TV
Samsung mengatakan bahwa penjualan QLED TV mereka meningkat pesat setiap tahun. Selama semester pertama tahun ini, telah terjual 2,12 juta unit, yang merupakan peningkatan 127 persen dalam hitungan tahunan. "Perkiraan kami untuk semester kedua tahun ini adalah 3 juta - jadi jika digabungkan, kinerja tahunan kami diperkirakan akan meningkat 92 persen dari unit penjualan tahun lalu sebesar 2,6 juta," sebut Samsung dalam siaran pers-nya.
Berdasarkan data dari IHS Markit, Samsung menyumbang 31,5 persen dari pasar TV global pada kuartal kedua sementara mengambil 53,9 persen di segmen untuk TV 75 inci atau lebih besar.
Dilain pihak, masih berdasarkan data dari IHS Markit, penjualan OLED TV yang dipimpin oleh LG pada semester pertama tahun ini berhenti di angka 1,22 juta unit, yang hanya mewakili pertumbuhan 15 persen dari 1,06 juta tahun lalu. Di antara QLED TV yang dijual oleh Samsung pada semester pertama tahun ini, 14 persen diantaranya adalah yang memiliki layar yang lebih besar dari 75 inci, sedangkan untuk OLED TV, yang memiliki ukuran layar lebih besar dari 70 inci hanya menyumbang 2 persen dari keseluruhan unit yang terjual.
"QLED lebih populer di kalangan konsumen TV besar, dan karenanya [harganya] lebih mahal," kata Samsung yang seakan juga sebagai penjelasan kenapa mayoritas QLED TV yang laris terjual harganya lebih mahal daripada OLED TV karena memang dimensinya sudah berbeda.
OLED TV saat ini telah digunakan oleh 15 merek elektronik yang berbeda, diantaranya LG, Sony, Philips dan Panasonic, yang hampir semuanya menggunakan panel OLED buatan LG Display. Seretnya perkembangan pasar OLED TV tentunya tidak hanya memukul bisnis LG Electronics, tetapi juga LG Display.
"Samsung meluncurkan QLED TV menggunakan teknologi quantum dot kami dan telah memimpin pasar TV global selama 13 tahun berturut-turut setelah diakui untuk kualitas produknya," bunyi pernyataan Samsung. "Pada saat perusahaan menghadapi ketidakpastian bisnis yang tumbuh di dalam dan luar negeri, terlibat dalam perdebatan yang memakan waktu dapat menciptakan kekacauan bagi konsumen dan pasar. Samsung akan berdiri teguh terhadap klaim yang tidak berdasar ini."