Samsung luncurkan Project C untuk pembuatan QD-OLED


Samsung Display meluncurkan apa yang disebut 'Project C,' yang melibatkan investasi dalam panel OLED berukuran besar untuk televisi. Pihak-pihak terkait dikatakan sedang mendiskusikan secara rinci proyek ini, termasuk fase 1 dan 2 dari rencana investasi. Itu berarti bahwa pada kuartal ketiga, anak perusahaan dari Samsung Group untuk pembuatan berbagai jenis layar tersebut akan siap untuk memproduksi panel berukuran jumbo dari lini pabrik mereka di kampus L8 Asan Display City 1 di Provinsi Chungcheong yang saat ini hanya memproduksi LCD. Peralatan deposisi dari Canon Tokki yang berbasis di Jepang dapat memasuki lokasi pabrik pada awal tahun depan.

"Tanggal masuk awal telah ditetapkan untuk Februari tahun depan," kata sebuah sumber yang dekat dengan Cannon Tokki. "Peralatan fase 2 kemungkinan akan masuk pada Februari 2021." Sebanyak 60.000 panel generasi ke-8,5 akan diproduksi dari setiap fase, namun ini bisa mencapai 90.000 panel, tambahnya.

Sumber lain mengatakan produksi massal tampaknya dijadwalkan untuk Juni tahun depan. "Ada yang mengatakan bahwa Samsung Display pada akhirnya akan mengkonversi semua lini LCD di L8 untuk mencapai 120.000 panel sebulan," tambahnya. Ini berarti bahwa Samsung Display akan mengatur lini OLED baru pada paruh pertama tahun depan untuk mencapai produksi massal di paruh kedua.

“Samsung masih harus menempuh jalan panjang untuk panel OLED berukuran besar, terutama dibandingkan dengan LG, tetapi panel OLED yang lebih besar sebenarnya lebih mudah dibuat,” kata seorang profesional dalam bidang teknologi OLED.


Persaingan panel OLED ukuran besar dengan LG Display

OLED yang lebih kecil yang diproduksi oleh Samsung untuk perangkat mobile seperti ponsel dan tablet atau laptop awalnya mendapat kritik karena warna bisa bergeser berdasarkan sudut pandang tempat menonton. Tetapi masalah tersebut tidak banyak dipersoalkan karena dalam penerapannya di kehidupan nyata, sebagian besar pemirsa menonton dari jarak yang lebih pendek, dan biasanya memang layar perangkat mobile dilihat dari jarak yang dekat dan langsung berhadapan di wajah.

Untuk TV, ini berbeda karena jarak pandangnya lebih jauh dan pemirsa dapat menonton dari berbagai sudut. Sadar akan kekurangan ini, Samsung Display dikatakan telah mencampurkan dalam penguraian ke QD untuk warna yang lebih stabil untuk pembuatan panel quantum dot organic light-emitting diode (QD-OLED). Setelah itu, tinggal membuat lapisan konversi warna dengan lebar dan bentuk yang tepat.

Samsung telah berjuang untuk menyelesaikan efek samping dari panel QD-OLED-nya, terutama yang melibatkan efisiensi konversi warna yang rendah. Samsung Display sekarang menerapkan pencetakan ink-jet untuk mengatasi masalah tersebut. Beberapa printer yang digunakan berasal dari Kateeva yang berbasis di Amerika Serikat.

Tidak seperti LG Display, panel QD-OLED Samsung Display dibuat dengan arsitektur Top Emission dengan konversi warna QD yang memungkinkan kemurnian warna yang lebih banyak. LG Display, di sisi lain, berjalan dengan arsitektur Bottom Emission yang tidak menggunakan QD.


Samsung Display kumpulkan pemasok untuk pembuatan QD-OLED

Samsung Display telah menandatangani Non-Disclosure Agreements (NDA) dengan beberapa pembuat peralatan utama untuk menjalankan lini produksi untuk panel OLED berukuran besar akhir bulan ini. Tampaknya, Samsung Display ingin menjaga segala sesuatunya sebelum PO resmi yang melibatkan proyek yang secara pribadi diinstruksikan oleh vice chairman Samsung Electronics Lee Jae-yong (Jay Y. Lee).

Meskipun ada kemajuan terbaru, belum lagi desas-desus telah bertemu dengan beberapa pemasok, Samsung Display mengatakan masih belum ada keputusan yang dibuat sehubungan dengan investasi di lini pembuatan panel. "Bagaimana kita bisa bersiap untuk membawa peralatan ketika kita bahkan belum mencapai keputusan ini," kata seorang pejabat.

Samsung Display sebelumnya telah memutuskan untuk menggunakan peralatan deposisi dari Canon Tokki, dan meminta perusahaan asal Jepang itu untuk mengirimkan peralatan yang dibutuhkan paling lambat bulan Maret. Pengiriman seperti itu biasanya memakan waktu sekitar satu minggu. "Canon Tokki tampaknya membuat perubahan pada menit-menit terakhir, seperti menyesuaikan jumlah ruangnya," kata sumber yang dekat dengan masalah ini.

Samsung Display juga meminta dukungan dari pemasok utama LG Display. Pada bulan Mei, Samsung Display membahas kolaborasi teknologi dengan YAS, satu-satunya produsen peralatan deposisi Korea Selatan untuk OLED berukuran besar. YAS saat ini memasok peralatan ke LG Display.

Pada 20 Juli, kepala pusat penelitian Samsung Display bermain golf dengan Chief Technology Officer LG Display di mana keduanya kemungkinan besar membahas kerja sama di masa depan.

Untuk peralatan etsa ICP, Samsung menemui pemasok mereka sebelumnya WonikIPS, bersama dengan ICD dan TEL dari Jepang. ICD, TEL dan Invenia sebelumnya memasok peralatan etsa ICP untuk pabrik panel OLED baru milik LG Display di Guangzhou yang dijadwalkan akan selesai bulan depan. Invenia milik keluarga Koo yang menjalankan LG Group.

"Samsung Display mulai bekerja pada oksida sejak lama, kemudian berhenti, lalu baru-baru ini meneruskannya kembali," kata seorang profesor yang sebelumnya bekerja di Samsung Display.

Samsung Display telah mengoperasikan lini produksi untuk panel OLED TV pada awal 2010, tetapi tidak meneruskannya untuk membuat produk komersial. Pada 2010, Samsung Display telah menggunakan peralatan deposisi dari SFA asal Korea Selatan, tetapi teknologinya didasarkan pada arsitektur pemrosesan, yang membuatnya sulit untuk membuat panel lebih besar dari 55 inci.

Dibandingkan dengan saat itu, teknologi utama untuk panel OLED berukuran jumbo saat ini yang dibuat oleh Samsung Display telah berubah secara drastis. Dimana pada awal 2010, panel dibuat dari RGB berbasis LTPS TFT, yang mirip dengan teknologi produksi massal panel OLED yang lebih kecil. Tetapi sekarang, Samsung sedang mengerjakan Oxide TFT cahaya biru yang melewati filter warna, sebuah teknologi yang dikembangkan dengan mengambil inspirasi dari LG Display, satu-satunya perusahaan yang mampu memproduksi massal panel OLED besar untuk televisi.


Samsung akan beralih dari QD-LCD ke QD-OLED

Meskipun Samsung Electronics sukses dalam mengkomersialkan QLED TV yang menggunakan layar LCD dengan teknologi quantum dot sehingga tercipta quantum dot light-emitting diode (QLED) TV untuk bersaing dengan OLED TV, namun buat Samsung Display tidak demikian. Kelebihan pasokan yang dipicu oleh pesaing asal Tiongkok menimbulkan penurunan profitabilitas bisnis panel LCD secara keseluruhan. Hal ini menjadi alasan utama untuk pemotongan terbaru dalam produksi LCD oleh Samsung Display.

Namun, keputusan tersebut dipandang sebagai langkah awal bagi perusahaan untuk beralih dari LCD ke QD-OLED, yang dapat membantu meningkatkan pasar OLED. "Dengan pengurangan produksi LCD, Samsung akan mempercepat komersialisasi QD-OLED untuk mempertahankan kepemimpinannya di pasar layar high-end," kata seorang pejabat industri.


Samsung Display akhirnya bulan ini memutuskan untuk menutup salah satu lini pabrik LCD Gen.8.5 dengan kapasitas bulanan 90.000 unit di Asan, Provinsi Chungcheong Selatan, dan akan memotong 30.000 unit di lini pabrik lainnya mulai bulan depan. Samsung Display biasa memproduksi 250.000 panel LCD di pabrik mereka di Korea setiap bulannya. Tidak cuma ditutup, Samsung dilaporkan akan mengubah lini pabrik LCD ini ke lini produksi QD-OLED dengan nilai investasi sekitar 10 triliun won (sekitar 118 triiun rupiah).

QD-OLED mengacu pada tampilan hybrid yang menggunakan OLED dan quantum dots. Samsung mengembangkan panel yang mengadopsi pemancar OLED biru dan quantum dot yang mengubah cahaya biru menjadi merah dan hijau. Jika panel QD-OLED dikomersialkan, Samsung Electronics kemungkinan akan mengadopsi panel self-emissive untuk TV seperti QLED TV terbaru.