Beberapa perusahaan seperti Apple, Samsung dan Huawei menggunakan chip semikonduktor hasil desain mereka sendiri untuk digunakan pada produk perangkat high-end mereka. Ada beberapa alasan yang membuat desain chip sendiri bisa sangat menguntungkan, namun hal ini tidak bisa diterapkan di semua skenario.
Yang pertama adalah adalah dari sisi efisiensi dan efektivitas. Apple, Samsung dan Huawei tentunya sudah memiliki gambaran kemampuan chip yang dibutuhkan sehingga mereka bisa melakukan pendekatan yang minimalis untuk desain hardware. Mereka hanya mengintegrasikan silikon yang memang dibutuhkan oleh perangkat yang menggunakannya dan dioptimalkan untuk fitur yang akan dihadirkan untuk perangkat (misalnya jaringan 4G band 5, perekaman video 4K atau layar Full HD). Jadi lebih banyak melakukan kustomisasi pada cell logic yang akan memaksimalkan kinerja per watt untuk menghemat ukuran chip, biaya pembuatan dan sumber daya yang dibutuhkan.
Hal ini tentunya bertentangan dengan filosofi dari perusahaan chip seperti Qualcomm, Intel, MediaTek, Spreadtrum, Marvell, Broadcomm dan lainnya yang ingin bisa menjual chip sebanyak-banyaknya. Jadi mereka membuatnya secara universal dengan mengintegrasikan setiap fitur yang mungkin bisa dimasukkan, termasuk fitur yang baru akan bisa diterapkan beberapa tahun mendatang (misalnya jaringan 5G atau pemutaran video 8K) ataupun fitur yang sudah usang dan hanya bisa digunakan oleh oleh wilayah atau komunitas tertentu agar bisa memenuhi keinginan pelanggan dari produsen perangkat mobile sebanyak mungkin. Ukuran chip menjadi melebar, banyak silicon yang tidak digunakan atau dimaksimalkan sehingga terjadi boros daya secara percuma.
Yang kedua adalah bisa memaksimalkan potensi software. Saat ini SoC (system-on-chip) bersaing dengan menghadirkan semakin banyak core, sementara banyak software yang masih berjalan hanya pada arsitektur single core, apalagi yang hingga octa-core. Dan ketika sudah bisa beradaptasi dengan multi-core, kemungkinan hanya akan ada keuntungan 30-40% untuk kinerja dari offloading background tasks untuk core CPU kedua, versus peningkatan teoritis hingga 100% yang bisa dicapai oleh core utama. Mengapa perbedaannya besar sekali? Karena hanya programer terbaik yang memahami struktur paralel-computing. Itulah mengapa Apple aktif dalam kolaborasi usaha untuk pengembangan software paralel melalui Grand Central Dispatch (GCD) dan OpenCL, serta Samsung aktif dalam OpenCL, WebCL dan Servo.
Yang ketiga akan bisa mengontrol penggunaan dari perangkat. Dengan memiliki chip sendiri, Apple, Samsung maupun Huawei bisa memasukkan pengait khusus kedalamnya sehingga orang tidak bisa dengan mudah merubah fitur atau mengakses internal hardware tanpa ijin. Misalnya dengan mengencangkan keamanan untuk perangkat yang akan dijual untuk pelanggan perusahaan atau menanamkan DRM didalamnya yang bisa meningkatkan kepercayaan pembuat konten seperti musik dan film. Hal ini tentu saja tidak akan disukai oleh hacker atau penggiat open source yang fanatik. Tapi segala sesuatu memang tidak akan bisa memuaskan semua pihak, oleh karena itu dibutuhkan diferensiasi produk yang hanya bisa dicapai oleh produsen perangkat yang bisa mendesain chip sendiri.
Sementara kerugiannya adalah sangat mahal. Biayanya sangat besar untuk mempekerjakan desainer chip yang benar-benar ahli di bidangnya serta juga pemesanan lini fabrikasi secara khusus buat yang tidak memiliki pabrik sendiri. Untuk mengurangi biaya, maka chip harus dibuat dalam jumlah yang banyak. Prinsipnya seperti perbedaan antara Anda membeli pakaian jadi di toko dengan memesan baju ke desainer.
Oleh karena itu Samsung menggunakan chip mereka sendiri untuk produk khusus yang menargetkan segmen menengah keatas seperti smartphone seri Galaxy S atau Note yang sudah bisa dipastikan akan terjual dalam volume yang besar dan smartwatch Samsung Gear S dan Gear S2 yang membutuhkan chip khusus. Samsung Z1 dan Z3 tidak menggunakan chip Samsung sendiri karena selain untuk menekan biaya produksi, juga karena konsumen yang dituju masih terbatas di beberapa negara saja.
Google ingin mendesain chip sendiri karena kecewa dengan Qualcomm?
Perusahaan keempat yang ingin mendesain chip sendiri rumornya adalah Google. Menurut The Information, Google akan bekerjasama dengan salah satu produsen chip untuk membuat prosesor mobile berdasarkan desain yang dibuat oleh Google. Beberapa fitur khusus seperti virtual reality dan augmented reality disebut-sebut sebagai alasan Google untuk mendesain chip sendiri yang cocok dengan perangkat Android di masa depan.
Ini bukan pertama kalinya Google mengungkapkan niatnya mendesain chip sendiri dengan menggunakan lisensi desain dari ARM. Pada tahun 2013 Google dikabarkan ingin mendesain chip sendiri untuk server dan data center dalam rangka mengurangi ketergantungan pada Intel. Menariknya bulan lalu Google membuka lowongan untuk pekerjaan sebagai arsitek chip multimedia.
Menurut beberapa sumber media, Google agaknya kecewa dengan Qualcomm. Sebagai produsen chip yang memonopoli penggunaan SoC pada perangkat Android, Qualcomm dinilai lebih mementingkan marketing dan sibuk menebar omong kosong daripada memperbaiki kinerja chip buatannya.
Monopoli Qualcomm pada perangkat Android sangat terasa di dunia barat, khususnya Amerika Serikat. Menurut beberapa sumber, perangkat yang menggunakan chip atau modem buatan Qualcomm lebih mudah melewati test dari FCC dan diterima oleh beberapa operator telekomunikasi. Ini menjadi alasan utama Samsung melakukan diversifikasi chip yang digunakan pada perangkat mereka dengan tetap mempertahankan chip Snapdragon pada smartphone mereka yang dijual di negara-negara tertentu, bukan karena lebih baik dari Exynos.
Awalnya Qualcomm menggunakan desain chip mereka sendiri hasil modifikasi dari desain standar milik ARM. Namun saat Apple meluncurkan chip mobile 64-bit pertama mereka tahun lalu, Qualcomm yang belum siap menyiapkan pesaingnya menjadi kelabakan dan akhirnya meluncurkan beberapa varian Snapdragon 64-bit dengan desain asli milik ARM.
Pekerjaan yang tergesa-gesa ini membuat beberapa varian Snapdragon 64-bit mengalami beberapa masalah. Snapdragon 810 untuk perangkat high-end mengalami masalah kelebihan panas atau overheating, sementara Snapdragon 808 dibawahnya kinerjanya jauh dibawah Samsung Exynos maupun Huawei Kirin. Hanya Snapdragon 615 dan 410 untuk perangkat low-end yang bebas masalah, namun miskin di GPU.
Sementara prosesor lain buatan NVidia dan Intel masih belum sekelas buatan Qualcomm, Samsung maupun MediaTek dalam soal penghematan daya.
Dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mendesain chip yang benar-benar bagus, bisa sampai bertahun-tahun sehingga desain chip yang bagus akan digunakan dalam waktu yang lama. Selain itu, juga tidak banyak desainer chip yang kompeten yang ada di industri. Oleh karena itu seorang arsitek prosesor legendaris seperti Jim Keller yang dikenal sebagai 'Dewa Chip' tidak pernah menetap pada satu perusahaan tertentu. Setelah dikontrak oleh AMD dan Apple, rumornya dia sekarang bekerja di Samsung untuk mengembangkan generasi berikutnya dari chip Exynos.
Bersamsung...
Kalau jim keller bekerja di Samsung, Samsung bakalan makin memimpin industri semikonduktor.
ReplyDeleteWalah, masih bersambung ke bagian 4! Seperti komik silat. LOL. Anyway, interesting column. Sabar menunggu.
ReplyDelete