Wearable device, yang sebelumnya hanya bisa dibayangkan dalam fiksi ilmiah, telah masuk ke pasar dengan cepat sehingga para analis pada akhir tahun kemarin memperkirakan bahwa tahun 2014 akan menjadi awal dari era wearable device. Di pameran elektronik konsumen tahunan CES 2014 yang selalu menjadi tolok ukur tren teknologi di tahun ini, telah muncul inspirasi sci-fi lainnya yang sedikit demi sedikit telah muncul ke dalam wilayah realitas: Smart Home.
Rumah yang telah terkomputerisasi muncul pertama kali dalam film fiksi ilmiah tahun 1966 "Fahrenheit 451" yang menggambarkan tempat tinggal dari pemadam kebakaran Guy Montag. Konsep ini kemudian dieksplorasi oleh beberapa perusahaan elektronik konsumen pada akhir 1990-an ketika koneksi broadband yang cepat mulai dipasang di beberapa negara maju di dunia. Banyak pengembang real estate ingin mengeksploitasi gagasan ini tetapi gagal karena teknologi dan cara menggunakannya tidak datang bersama-sama, sehingga meninggalkan ide ini sebagai tambang emas untuk beberapa waktu mendatang.
Produsen perangkat elektronik telah mencoba dengan keras untuk bisa menghadirkan Smart Home, dengan memperkenalkan bentuk terpadu dari peralatan elektronik di rumah. Tapi kebanyakan dari mereka hanya menghubungkan dua atau tiga jenis peralatan elektronik rumah tangga yang ada. Mengambil pelajaran melalui trial and error dengan beberapa prototipe, perusahaan electronik kini bisa menghubungkan setiap perangkat di rumah dengan menggunakan Voice over Internet Protocol (VoIP), yang berkembang dari penggunaan dasar internet pada ponsel.
Samsung Electronics berencana untuk mengkomersialkan layanan yang akan memungkinkan seseorang untuk berbisik "Good Night" pada remote kontrol TV, yang kemudian akan mematikan TV dan menyesuaikan semua peralatan lain - seperti AC dan lampu misalnya - untuk sleep mode. Layanan ini disebut Samsung Smart Home, yang diresmikan di International Consumer Electronics Show (CES) 2014 di Las Vegas pada awal Januari kemarin.
Aspek lain dari Smart Home adalah Home View, yang memberikan pengguna akses untuk bisa melihat pemandangan langsung di dalam maupun diluar rumah mereka melalui kamera digital atau kamera yang tertanam dalam peralatan elektronik, dan Comprehensive Device Control, di mana orang menggunakan smartphone atau wearable device untuk mengontrol peralatan elektronik yang ada rumah dari jarak jauh.
Samsung Electronics menjanjikan untuk menggelar layanan ini pada semester pertama tahun ini.
"Sejak peluncuran komite Smart Home kami di pertengahan tahun lalu, kita telah menyiapkan terus-menerus untuk Samsung Smart Home untuk memulai Smart Innovation baru lainnya," kata Hong Won-pyo, presiden Samsung Electronics Media Solution Center (MSC). "Dengan Samsung Smart Home, kami membawa kemampuan kami sebagai produsen perangkat pintar No.1 di dunia untuk membuat rumah yang terhubung menjadi kenyataan bagi konsumen saat ini."
Selain produsen elektronik seperti Samsung, LG dan Panasonic yang telah meluncurkan konsep Smart Home mereka yang berbasis TIZEN, webOS dan Firefox OS, beberapa operator seluler anggota dari Tizen Association juga telah melompat ke bisnis Smart Home dengan menyediakan utilitas Smart Home yang berputar di sekitar layanan komunikasi mereka.
KT misalnya, telah menyediakan layanan keamanan dengan Smart Home Phone HD miliknya. Sebuah evolusi telepon internet, dimana Smart Home Phone HD menggunakan sirkuit tertutup dari sistem TV yang dilengkapi dengan sensor yang dapat mendeteksi keberadaan manusia. Layanan ini akan memberitahu pemilik rumah melalui SMS dari adanya penyusup. Hal ini juga memungkinkan pengguna untuk mengontrol banyak peralatan rumah tangga dari jarak jauh.
Selain itu, KT juga telah merilis Kibot 2 pada tahun 2012, robot pengasuh buat anak-anak yang memiliki akses ke berbagai konten multimedia pendidikan. Perangkat ini dianggap sebagai bagian dari layanan Smart Home.
"Ada banyak ruang untuk pertumbuhan di Smart Home," kata Lee Young-gon, analis di Hana Daetoo Securities. "Perangkat pintar memiliki fungsi yang terpisah, namun mereka telah berkembang ke tahap di mana setiap perangkat ini terhubung secara terorganisir. 'Internet of Things' bukan lagi mimpi, dan sistem Smart Home adalah salah satu platform di mana visi tersebut dapat terwujud."
Beberapa perusahaan yang tergabung dalam Tizen Association seperti Samsung sedang mencari dominasi awal di pasar yang berpotensi menguntungkan ini, tetapi mereka menghadapi tantangan kuat dari nama besar di perusahaan IT lainnya seperti Apple, Google dan Microsoft. Bulan lalu, Google membuat terobosan ke dalam bisnis Smart Home dengan membeli Nest, pembuat perangkat yang tersambung ke Internet, dengan harga $3,2 miliar.
Lee mengatakan bahwa produsen elektronik seperti Samsung, LG maupun Panasonic berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan bisnis Smart Home berkat kekuatan mereka dalam peralatan elektronik rumah tangga. Namun dia mengatakan bahwa dengan hanya memanfaatkan produk mereka sendiri dalam merancang layanan Smart Home bisa menghambat tujuan mereka.
Samsung yang sebelumnya gagal dengan layanan eksklusif seperti sistem operasi bada miliknya, telah mengambil pelajaran melalui TIZEN yang lebih terbuka.
"Samsung Smart Home berbeda dari layanan Smart Home yang ada, dalam hal ini memiliki ekosistem pintu terbuka di mana perangkat dari perusahaan elektronik lainnya bisa melakukan sinkronisasi kesana," kata seorang pejabat dari Samsung Electronics. "Orang-orang akan merasakan perbedaan ketika layanan kami telah keluar. Kami berharap untuk bisa menciptakan momentum nyata untuk mempopulerkan Smart Home secara massal."
Comments
Post a Comment