OS War 1: Samsung dan Microsoft membuat kesalahan yang sama dengan OS mobile mereka


Setiap sistem operasi (OS) mobile baru pasti mengalami masalah yang sama, kelangkaan aplikasi berkualitas dibandingkan dengan OS yang sudah mapan. Tapi sebenarnya ini bukan penyebab utama dari terhambatnya perkembangan OS baru, ada faktor lain yang lebih sederhana yang jarang disadari kalau akibatnya akan lebih fatal.

Sebuah artikel berjudul "Windows Phone has a new app problem" yang dimuat The Verge pada hari Jumat kemarin menggambarkan dengan jelas masalah terbaru yang dihadapi oleh Windows Phone. Alih-alih ekosistem aplikasinya terus bertambah, kini malah satu demi satu aplikasi yang ada di toko aplikasi mereka menghilang. Parahnya lagi bukan hanya aplikasi pihak ketiga yang berkurang, aplikasi buatan Microsoft juga ikut-ikutan menghilang.

Jika pemiliknya saja tidak peduli dengan perkembangan OS buatannya, bagaimana mungkin pengembang aplikasi lainnya mau berinvestasi di dalamnya. Saya yakin alasan utama pengembang aplikasi yang mencabut aplikasi buatannya dari toko aplikasi Windows Phone bukan karena kurangnya pengguna Windows Phone, tetapi lebih kepada keseriusan Microsoft dalam hal ini.

Kenapa Microsoft tidak serius dengan Windows Phone? Alasannya lebih kepada keuntungan jangka pendek dan sifatnya pragmatis. Microsoft melihat pengguna OS lain yang jauh lebih banyak akan lebih menguntungkan buat penetrasi aplikasi mereka. Jadi siapa yang 'saat ini' bisa mendatangkan keuntungan lebih banyak, itulah yang menjadi prioritas utama.


Windows Phone mengalami masalah yang sama seperti bada

Karena sifatnya pragmatis tentunya tidak akan berlangsung lama. Samsung Electronics pertama kali meluncurkan smartphone flagship dengan OS bada bersamaan dengan smartphone flagship dengan OS Android. Samsung Wave (model: GT-S8500) adalah smartphone pertama dengan OS bada dan sekaligus juga yang pertama juga menggunakan layar Super AMOLED dan prosesor buatan Samsung Exynos buatan sendiri (waktu itu masih bernama Hummingbird) yang dirilis pada bulan April 2010. Selang dua bulan kemudian, Samsung merilis Galaxy S (model: GT-I9000) dengan spesifikasi yang hampir sama di bulan Juni 2010.

Dua smartphone ini sama-sama sukses di wilayah pemasaran yang berbeda dan sekaligus menjadi tonggak kepemimpinan Samsung di pasar smartphone untuk beberapa tahun berikutnya. Samsung Wave yang lebih mengandalkan desain metal premium sukses di negara-negara Eropa, sedangkan Galaxy S dengan layar besarnya sukses di Amerika Utara dan beberapa wilayah lain di dunia.

Kesuksesan yang tidak terduga ini kemudian menuai masalah, yaitu kelangkaan pasokan panel layar Super AMOLED. Samsung diharuskan memilih, mana diantara dua produk flagship ini yang mau diteruskan produksinya dengan layar Super AMOLED. Lewat berbagai pertimbangan praktis, terutama melihat pasar Amerika Utara yang masih dipandang sebagai pusat smartphone dunia, Samsung akhirnya memilih menghentikan produksi Samsung Wave.

Enam bulan kemudian Samsung merilis smartphone Wave II (model: GT-S8530) dengan layar Super Clear LCD sebagai pengganti Samsung Wave. Walaupun untuk spesifikasi lainnya hampir sama dan dirilis untuk pasar yang lebih luas, namun Wave II tidak sesukses seri yang pertama karena sudah kehilangan USP atau 'unique selling point' nya.

Hal ini kemudian membuat Samsung mengubah strategi pemasaran dengan menurunkan target pengguna dari smartphone bada yang awalnya untuk segmen high-end menjadi untuk menengah kebawah.

Samsung tidak menyadari kalau hal ini telah sedikit banyak menghilangkan kepercayaan pengembang aplikasi terhadap smartphone bada. Sebagai contoh misalnya terjadi pada pengembang game mobile terbesar Gameloft. Awalnya Gameloft sangat antusias dengan masa depan smartphone bada, diantaranya dengan meluncurkan channel khusus Gameloft on Samsung Wave di situs utama mereka, Youtube, maupun diberbagai media sosial seperti Facebook dan Twitter. Mereka merilis game-game HD terbaru mereka di smartphone bada, seperti halnya mereka juga merilis game mereka di Apple iOS dan Android.

Namun semenjak smartphone Wave pertama tidak diproduksi lagi, segala aktivitas di Gameloft on Wave juga berhenti. Begitu juga di badadev, komunitas pengembang aplikasi bada terbesar waktu itu.

Samsung kemudian meluncurkan beberapa smartphone low-end melalui seri Samsung Wave 5xx dan Wave 7xx dengan OS bada yang kemudian berkontribusi besar menaikkan pangsa pasar OS bada di berbagai negara. Hal yang sama juga dilakukan oleh Microsoft dengan meluncurkan seri Lumia 5xx dan Lumia 6xx untuk tujuan yang sama.

Namun sayangnya baik Samsung dan Microsoft memposisikan deretan smartphone low-end ini layaknya feature phone yang tidak didukung oleh spesifikasi dan framework aplikasi yang selayaknya. Alhasil, aplikasi yang ada sebelumnya tidak bisa dijalankan dan beberapa fitur unggulan juga menghilang. Yang paling dirugikan tentu saja OS itu sendiri, karena nama baiknya semakin menurun di mata konsumen dan juga pengembang aplikasi, yang pada akhirnya terus menjadi bulan-bulanan berbagai media teknologi.

Bersamsung...


Catatan:

OS War adalah rubrik bersambung yang akan membahas persaingan antar sistem operasi mobile di dunia. Lihat juga rubrik baru kita yang lain, Tizen TV Weekend.


Comments

Post a Comment