Samsung SDS rilis asisten AI Brity


Samsung SDS, afiliasi penyedia layanan IT milik Samsung Group, pada hari Selasa (5/9) kemarin meluncurkan platform kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk melayani pelanggan korporatnya. Brity, nama asisten percakapan atau chatbot ini, akan bergabung dalam persaingan global untuk mengembangkan solusi bertenaga AI untuk meningkatkan efisiensi tugas sehari-hari dari kliennya.

Disisi enterprise, Brity dapat menjawab pertanyaan dari karyawan, baik melalui perintah teks maupun perintah suara, tentang pedoman, fasilitas, dan kinerja perusahaan mereka. Di sisi konsumen, asisten digital ini dapat menangani panggilan telepon dan keluhan seolah-olah konsumen berbicara dengan perwakilan manusia.

Brity dapat berjalan pada berbagai perangkat termasuk pesawat telepon dengan kabel, komputer dan perangkat mobile, dan memberikan jawaban berdasarkan data yang dikumpulkan di server internal perusahaan. Selain itu, Brity juga bisa diterapkan pada layanan sosial media yang ada seperti KakaoTalk atau LINE.

Didukung oleh algoritma pembelajaran dalam (deep learning), Brity mampu memahami kalimat yang kompleks dengan cara menganalisa maksud dari pertanyaan pengguna untuk memberikan tanggapan yang tepat. Brity juga terus belajar sendiri berdasarkan data yang terakumulasi selama penggunaan.

Menurut Samsung SDS, kekuatan inti AI baru mereka terletak pada kemampuannya untuk memahami konteks yang mendasari permintaan pelanggan. Misalnya, jika pelanggan bertanya, "Saya memesan kulkas kemarin. Kapan itu akan tiba?," AI mampu memahami bahwa kalimat kedua adalah kueri dan kalimat pertama memberikan konteksnya, dan dapat menawarkan jawaban yang paling sesuai sebagai tanggapan. Samsung SDS mengatakan kalau chatbot yang ada tanpa kemampuan untuk memahami konteks hanya akan menjawab kembali, "Saya akan membantu Anda dengan memesan kulkas," yang artinya hanya bisa menangkap kata kerja dari "pesan".

Samsung SDS mengatakan telah mengembangkan teknologi untuk mesin untuk memproses bahasa alami manusia sejak tahun 2014. Sebelumnya, Samsung SDS meluncurkan Brightics AI pada bulan Juni lalu. Brightics adalah platform analisa berbasis AI, yang bisa memproses dan menganalisa big data dalam waktu yang sangat cepat dan akurat. Kehadiran Brigtics AI kemudian dilanjutkan dengan Briftics Cloud, sebuah platform untuk memproses konten visual seperti gambar dan video.

Brity telah diuji coba pada 400.000 karyawan di Samsung SDS dan perusahaan afiliasi Samsung sejak bulan April, di mana ia dapat menjawab pertanyaan seperti "Bagaimana kinerja divisi bisnis kami bulan lalu?" Para karyawan ini juga telah menggunakan Brity untuk untuk memeriksa jadwal, memilih dari menu kafetaria, dan menemukan nomor telepon. Samsung SDS percaya kecepatan dimana Britby dapat memilah-milah data untuk jawaban akan membantu perusahaan merampingkan pekerjaan mereka.

"Seiring dengan Brightics, peluncuran Brity memungkinkan kami melengkapi tiga pilar inti dari AI kami dalam hal analisis, visual dan komunikasi," kata Presiden Samsung SDS Hong Won-pyo.

"Kami tidak bisa mengatakan dengan pasti berapa keuntungan yang bisa kami dapatkan dengan perangkat lunak AI yang baru," kata Hong. "Tapi Brity dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan secara inovatif. Kami percaya bahwa perusahaan kecil dan besar dapat menemukan peluang bisnis baru dengan menggunakan platform ini."

Brity saat ini hanya mendukung bahasa Korea. Untuk memperluas kehadiran globalnya, Samsung SDS mengatakan sedang mempersiapkan peluncuran untuk versi bahasa Inggris, namun tidak menjelaskan waktunya secara rinci.


Lee Chi-hoon, wakil presiden tim peneliti AI di Samsung SDS, memastikan bahwa layanan tersebut juga memiliki keamanan terbaik dan kemampuan untuk membatasi akses terhadap informasi tertentu berdasarkan peringkat karyawan.

Kemiripan nama dan fungsi dari Britby dengan platform AI yang sebelumnya diluncurkan oleh Samsung Electronics, Bixby, sedikit banyak menimbulkan pertanyaan tentang apakah keduanya akan bersaing satu sama lain. Untuk hal ini, Kim Jong-pil, wakil presiden pengembangan di Samsung SDS, mengatakan bahwa target bisnis berbeda. Bixby berfokus pada industri business-to-customer (B2C), sementara Brity dirancang untuk memproses big data tingkat business-to-business (B2B) seperti perencanaan sumber daya atau pengelolaan domain perusahaan.

Kedua asisten virtual ini menggunakan teknologi yang berbeda untuk pengenalan suara, dan baik Samsung Electronics maupun Samsung SDS masih belum mempertimbangkan opsi untuk menghubungkan kedua platform tersebut. Namun, Kim mengatakan bahwa menghubungkan dua platform tersebut secara teknis bukanlah sesuatu hal yang sulit dan juga meningkatkan kemungkinan kemitraan di masa depan karena Samsung berharap dapat menciptakan ekosistem yang lebih besar berdasarkan pada kecerdasan buatan, termasuk kemungkinan penerapan di smart home.