Joyent, pelopor teknologi cloud yang jauh dari popularitas


Joyent didirikan pada tahun 2004, dan telah mendapatkan sekitar $126 juta modal ventura selama bertahun-tahun. Meskipun tidak pernah menikmati ketenaran dalam sektor komputasi awan (cloud computing) seperti Amazon, Google, dan Rackspace, Joyent telah merintis banyak teknologi baru yang penting.

Pada tahun 2010, Joyent menyewa seorang pengembang bernama Ryan Dahl untuk bekerja pada penciptaan teknologi open source yang disebut Node.js, yang membuatnya mudah bagi pengembang untuk membangun software server-side menggunakan JavaScript, bahasa yang secara tradisional telah digunakan hanya di browser web.

Saat ini, Node.js digunakan oleh semua orang mulai dari startup kecil hingga korporasi besar seperti Wal-Mart atau organisasi pemerintah seperti NASA untuk membuat pengembangan software menjadi lebih mudah dan lebih efisien. Teknologi ini juga membantu membuat bahasa pemrograman JavaScript menjadi yang paling banyak digunakan di dunia.

Meskipun Joyent terus membayar pengembang untuk bekerja pada Node.js setelah Ryan Dahl lengser pada tahun 2012, itu masih jauh dari kejelasan pada waktu itu bahwa nantinya akan menjadi sangat penting seperti saat ini. Walaupun Joyent akhirnya menyerahkan pengelolaan proyek Node.js ke Linux Foundation, namun perusahaan ini layak mendapatkan kredit bahwa mereka telah mengembangkan sesuatu yang sangat revolusioner di tahun-tahun awal.

Joyent juga adalah salah satu perusahaan pertama yang mempelopori penggunaan kontainer software, ide yang memfasilitasi pembuatan aplikasi yang lebih portabel antara pengembang laptop dan cloud, serta antara lingkungan komputasi awan yang berbeda. Dan tidak sampai beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2013, startup bernama Docker mulai mempopulerkan gagasan ini. Saat ini, kontainer adalah landasan teknologi buat semua perusahaan mulai dari Microsoft hingga Google.

Salah satu alasan mengapa Joyent tidak pernah mengenyam popularitas seperti Amazon, meskipun telah menjadi perintis teknologi cloud yang digunakan oleh hampir semua orang dalam bisnis cloud saat ini, adalah karena penggunaan stack yang agak idiosinkratis dari software. Terutama karena cloud milik Joyent berjalan di atas sistem operasi sendiri, SmartOS, yang didasarkan pada versi Solaris dari Unix. Sebagian besar perusahaan cloud lainnya menjalankan Linux. Dan hal ini mungkin yang membuat banyak konsumen menjauhi Joyent, meskipun bukan menjadi alasan utamanya.

Sama seperti Java, Solaris dikembangkan oleh Sun Microsystem, perusahaan yang kemudian diakuisisi oleh Oracle. Banyak perusahaan yang tidak mau mengadopsi Solaris karena takut ujung-ujungnya harus membayar lisensi kepada Oracle, atau kalau tidak akan mendapatakan gugatan paten seperti Google yang mnggunakan Java pada Android.

Lanskap komputasi awan telah berubah secara radikal sejak Joyent pertama membuat penanda, dan mereka adalah salah satu perusahaan independen yang tersisa di industri. Perusahaan-perusahaan telekomunikasi dan trknologi mulai mencari perusahaan cloud untuk diakuisisi pada tahun 2011 ketika Verizon membeli Terremark, Time Warner Cable membeli Navisite, dan CenturyLink mendapatkan Savvis. IBM kemudian mengikuti dengan mengakuisisi SoftLayer pada tahun 2013. Dan mulailah terjadi konsolidasi lebih lanjut di pasar sejak saat itu. HP mengumumkan pada Desember lalu bahwa mereka akan menghentikan layanan hosting cloud mereka dan lebih memilih untuk menjual layanan Microsoft Azure. Pada bulan yang sama AT&T mengumumkan bahwa IBM akan mengambil alih pengelolaan layanan cloud mereka. Dan pada Februari lalu, Verizon menutup Terremark.

Akuisisi Joyent oleh Samsung bisa memberikan dorongan yang dibutuhkan oleh Joyent untuk bertahan hidup di dunia baru yang penuh persaingan ini. "Kemitraan dengan Samsung memberikan kita jangkauan global, skala ekonomi, sumber daya keuangan untuk tidak hanya berinovasi tapi juga memperpanjang jejak kami secara global," kata CEO Joyent Scott Hammond. "Kami akan membangun data center di seluruh dunia."

Sementara itu, dengan pasar komputasi awan telah matang dan harga telah menurun drastis, penyedia cloud telah berpaling ke software khusus - seperti layanan Firebase Google dan database Amazon Dynamo - untuk membedakan diri di pasar. Joyent telah menambahkan fasilitas baru di sepanjang lini ini juga, termasuk sistem penyimpanan baru yang disebut Manta. Tapi itu akan membutuhkan sumber daya Samsung untuk merebut kembali tempatnya di pasar komputasi awan.


Via Wired

Comments