Investasi Samsung di startup teknologi mulai membuahkan hasil


Awal tahun ini, Samsung berinvestasi pada startup di Amerika Serikat yang mengembangkan robot sosial pertama di dunia untuk rumah tangga dengan berbagai kemampuan yang terkait dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Samsung Venture Investment Corporation, perusahaan investasi milik Samsung Group, telah menanamkan investasi untuk Jibo, yang berbasis di Cambridge, Massachusetts.

"Itu bagian dari tugas kami untuk mengamankan mesin pertumbuhan baru," kata seorang pejabat Samsung.

Jibo adalah perusahaan yang didirikan oleh Prof. Cynthia Breazeal dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan beberapa rekannya pada tahun 2012. Robot sosial rumahan ini akan mulai dijual secara komersial tahun ini juga dengan harga $499 atau sekitar 7 juta rupiah. Kelebihan dari Jibo adalah dapat mengambil foto, mengenali anggota keluarga yang berbeda, membaca buku-buku untuk anak-anak dan membaca pesan teks dan email.

Samsung Venture Investment Corporation didirikan pada tahun 1999 untuk berinvestasi di perusahaan yang mengembangkan mesin teknologi pertumbuhan baru. Pemegang saham utamanya adalah beberapa afiliasi Samsung, termasuk Samsung Electronics, Samsung SDI, Samsung Electro-Mechanics, Samsung Securities dan Samsung Heavy Industries.

"Vice Chairman Samsung Electronics Lee Jay-yong memiliki minat besar dalam teknologi artificial intelligence, robotika, perawatan kesehatan dan mobil pintar [smart car]," kata seorang pejabat Samsung yang memberi informasi tentang investasi Samsung di Jibo. "Samsung telah menginvestasikan sekitar 20 miliar won (kurang lebih 235 milyar rupiah) di perusahaan ini."

Dari tahun 2003 sampai bulan lalu, Samsung telah berinvestasi di lebih dari 100 startup. Dan investasi di tahun ini dianggap mengalami peningkatan besar.

Samsung telah berinvestasi di StoreDot, perusahaan yang mengembangkan sistem pengisian baterai yang memungkinkan mobil listrik akan terisi penuh dalam lima menit. Mereka juga berinvestasi di Vicarious, startup yang mengkhususkan diri dalam artificial intelligence. Selain itu juga di Vinli, perusahaan yang mengkhususkan diri dalam platform Smart Car; Glooko dan Dacadoo, yang mengembangkan teknologi yang berhubungan dengan kesehatan; dan pengembang teknologi Internet of Things (IoT) masing-masing Evrthing dan Filament.

Ini adalah cetak biru strategi bisnis Samsung Electronics secara umum di bawah kemudi baru satu-satunya pewaris tahta Samsung Group, Lee Jay-yong atau lebih dikenal dengan Jay Y. Lee (47 th), terutama setelah ayahnya Lee Kun-hee (73 th), terus absen setelah menderita serangan jantung dan koma sejak Mei 2014.

Investasi agresif pada startup ini dapat diartikan telah terjadi pergeseran bisnis utama Samsung kearah bidang perawatan kesehatan, mobil pintar dan IoT, terutama setelah menjalani restrukturisasi perusahaan secara besar-besaran, termasuk penutupan bisnis usaha yang mulai melemah. Kinerja dari mantan produk sapi perah perusahaan seperti smartphone misalnya, telah melemah.

"Pada tahun-tahun sebelumnya, Samsung Venture Investment menargetkan chip komputer dan teknologi layar, yang kemudian sangat berkontribusi pada percepatan pertumbuhan bisnis utama Samsung Electronics, semikonduktor dan layar," kata seorang pejabat Samsung Group. "Kami meningkatkan investasi kami di tempat-tempat di mana kita dapat mengamankan teknologi masa depan dengan sedikit pengeluaran."

Satu investasi telah menghasilkan produk baru, SleepSense, yang baru saja diperkenalkan di IFA 2015. SleepSense adalah produk yang menggabungkan teknologi sensor yang dikembangkan oleh start EarlySense. Ketika ditempatkan di bawah kasur, perangkat ini membaca tanda-tanda dan gerakan penting saat penggunanya tidur, untuk kemudian dianalisa semuanya secara real time.

Pencarian untuk teknologi baru juga mempengaruhi afiliasi Samsung lainnya juga. Pada bulan Juli, Samsung SDS menciptakan dana gabungan sebesar 10 miliar won (sekitar 120 miliar rupiah) dengan Samsung Venture Investment untuk menemukan kemungkinan investasi baru. Jay Y. Lee adalah pemegang saham terbesar dari Samsung SDS, dengan besaran saham 11,25 persen.

"Tampaknya itu akan digunakan untuk berinvestasi dalam teknologi masa depan yang menjanjikan seperti artificial intelligence," kata orang dalam industri.


Data via CrunchBase


Comments